18 Juli, 2007

Mottainai = Dibuang sayang


Tulisan ini saya posting di GM2020 tanggal 14 Juni 2007. Selamat membaca.

*********

Itu komputer OH lagi diolok-olok, katanya mending dijual kiloan. Tapi dasar orang pintar, OH juga jawabannya cantik, "Dibuang? sayang..."

Sekalian aja saya sedikit bagi ilmu bahasa Jepang. Dalam bahasa Jepang ada satu kata yang berbekas di hati saya, yaitu kata "MOTTAINAI". Secara literatur artinya "Sayang". Bukang sayang untuk mengungkapkan rasa cinta, tapi sayang untuk membuang atau melewatkan sesuatu yang dianggap masih berguna.

Kenapa kata ini berbekas di hati? Karena di Jepang kata ini bukan sekedar kata biasa, tapi teraplikasi dalam kehidupan sehari-hari nan moderen orang Jepang sekarang.

Sebenanya ini tidak luar biasa. Islam sendiri memiliki kosakata yang jauh lebih canggih untuk tujuan setimpal. Tidak tahu dalam bahasa Arabnya apa, tapi dalam kita-kitab yang saya baca, diistilahkan "TIDAK BERLEBIH-LEBIHAN" .

Beda amat?! Ya nggak dong.

Ambil contoh komputer OH. Semua anggota milis tahu bahwa perangkat komputer itu, kalau beli tahun ini, tahun depan mungkin sudah old fashion. Ada sebuah kampung namanya Fiksiland di negeri antah-berantah, saking maniaknya sama teknologi terdepan, dalam acara pernikahan, pasangan muda mudinya bukannya menggunakan "Seperangkat alat Shalat" sebagai mas kawin, tapi "Seperangkat Komputer dengan Prosessor Intel Terbaru".

Nah, filosofi dalam kata "MOTTAINAI", kalau masih bisa dipakai, jangan dibuang. Kalaupun punya uang, jangan cepat-cepat ganti.

Kalau begitu kapan gantinya? Kalau sudah urgen. Dalam hal ini, yang lebih komprihensif memberi pedoman, adalah kosakata dalam Islam yang artinya "Jangan berlebih-lebihan" .

Kesimpulannya, gantilah komputer OH, kalau memang dengan mempertahankan komputer tua itu membawa mudharat lebih banyak buat OH. Itupun, kalau sudah putus mau menggantinya, janganlah dibuang, berilah ke orang lain yang kiranya membutuhkan dan membawa kebaikan dunia akhirat buat orang itu. Ini kiranya filosofi tidak berlebih-lebihan itu.

Balik ke laptop.

MOTTAINAI sudah mendarah daging mengiang-ngiang di telinga orang Jepang. Konsekuensinya, kemajuan teknologi daur ulang. Pernah saya posting mengenai bagaimana mereka memperlakukan sampah sebagai sesuatu yang berharga. Tapi saya masih ingat hal lain lagi. 2 dan 3 tahun lalu saya sempat nginap di sebuah hotel di Tokyo. 3 tahun lalunya untuk sebuah konferensi yang merangkap hadiah jalan-jalan, nginapnya di hotel mewah bintang lima. Kemudian 2 tahun lalunya saya pergi lagi untuk urusan volunteering, nginapnya di hotel non bintang. Tapi saya perhatikan baik hotel bintang lima maupun non bintangnya, kesamaannya jelas. Di dalam kamar mandi hanya tersedia sabun dan sampo cair yang tempatnya melengket di dinding model pencet-keluar (jelasnya, kalau dipencet sabun atau samponya keluar). Ternyata lagi, di kedua hotel sama jelas tertulis di atas kotak sabun/samponya, "PAKAILAH SECUKUPNYA".

Pikir saya, canggih juga. Orang kalau namanya daki, kan tidak tebal-tebal amat. Lagian masak sih orang nginap di hotel seperti itu habis dari bengkel yang badannya penuh oli sampai harus pakai sabun colek satu toples?

Bedakan dengan di hotel kita? Pakai sabun batang atau bulat walaupun sudah dikecilkan ukurannya. Masalahnya, kalau tidak habis, apa orang yang menginap di kamar sama di hari berikutnya mau pakai sisanya?

Belakangan ini saya pikir-pikir, apa ada kosakata serupa dalam bahasa Gorontalo? Soalnya berhubung saya lahir dan besar di Makassar, saya cari-cari kalau dalam bahasa Makassar kelihatannya tidak ada.

Coba kalau dalam bahasa Gorontalo ada, sedikit-sedikit kita gaungkan deh. Setelah itu kita bikin orang terispirasi dengan filosofi yang ada di belakangnya. Supaya orang Gorontalo bisa maju dengan bersahaja, tidak boros bin berlebih-lebihan.

Kalau ternyata tidak ada, saya pikir kata "MOTTAINAI" kita serap saja menjadi bahasa Gorontalo dengan melakukan sedikit modifikasi. Bagaimana kalau "MOTTOONOO"?

Tidak ada komentar: