18 September, 2007

Tekadku sudah bulat!


Insya Allah semakin bulat tekadku. Ini gara-gara kopiah. Sudah berapa hari ini selama Ramadhan saya berkopiah ke kantor. Sebenarnya di rumah juga biasanya kalau Ramadhan saya sering berkopiah. Rasanya senang aja. Saya jadi lebih termotivasi dalam beribadah. Pokoknya asal ada waktu luang, saya gunakan untuk ibadah. Paling sering baca Quran.

Gara-gara kopiah, beberapa pelanggan yang masuk ke kantor kami menyapa saya dengan sebutan ‘Pak Haji’. Saya sih diam saja disapa begitu. Dalam hati rasanya geli, karena saya belum haji. Saya lirik staf saya yang mendengar saya disapa begitu, juga senyum-senyum.

Ini bukan kejadian pertama. Dulu juga pernah begitu. Semuanya gara-gara kopiah. Waktu ‘aku tak biasa’ dengan insiden ini, saya protes. ‘Maaf, saya belum haji, jadi tolong jangan panggil dengan sebutan ‘Pak Haji’”….protesku. Tapi jawaban seorang pemanggil menggelitik simpul harapanku untuk menerima ‘insiden’ ini dengan justru hati berdoa.

“Wah, pak. Kalau dipanggil ‘Pak Haji’ yah terima saja. Kalau Bapak belum haji juga tidak apa-apa. Bapak bilang ‘amin’ saja dalam hati biar jadi kenyataan. Mana tau di sekitar Bapak lagi ada malaikat lewat juga ikut meng’amin’kan, nanti Bapak bisa naik haji beneran karena doa itu…”

Betul juga pikir saya. Makanya sejak saat itu, saya tidak pernah protes lagi. Bahkan jujur harus saya akui, salah satu motivasi saya pakai kopiah ke kantor akhirnya bertambah satu, “biar terjadi insiden ‘mendoakan’ oleh para pelanggan”, pikirku.

-----------

Insiden serupa tapi tak sama juga terjadi ketika saya lagi senang-senangnya pakai baju koko kemana-mana. Waktu itu ada kakak ipar dapat hadiah baju koko dari saudaranya. Setelah dicoba, ternyata dia kekecilan. Jadilah baju koko itu dihibahkan ke saya.

Kebetulan warnanya putih. Warna ini bagi saya adalah warna ibadah. Mbok ya ibadah itu bagusnya putih bersih, melambangkan ketulusan dan kemurnian. Bukan karena pamrih atau riya. Makanya kalau lihat ustadz datang ceramah ke mesjid dengan pakaian serba putih, saya jadi terobsesi juga.

Walhasil baju koko hibahan kakak ipar sering saya pakai ke mana-mana. Selain warnanya yang putih, model dan motifnya juga bagus dan memang cocok untuk kegiatan selain ibadah. Atau mungkin tepatnya, baju ini semakin mempertegas motivasi saya untuk ‘mengibadahkan’ semua aktifitas lain termasuk pekerjaan.

Nah, bermodal baju koko putih ke mana-mana, ditambah saya termasuk ‘pemelihara janggut amatiran’ (saya bilang amatiran karena janggut saya tidak panjang-panjang amat seperti para pemelihara janggut professional), orang ternyata menangkap citra lain. Terjadilah insiden saya dipanggil dengan sebutan ‘ustadz’. Hahaha….

--------

Gara-gara kopiah dan baju koko di atas, saya jadi belajar satu hikmah. Bahwa memang dunia ini penuh dengan simbol-simbol yang melambangkan kebaikan dan kebukurukan.

Orang berkopiah, berbaju koko, sekaligus berjanggut kelihatannya memenuhi syarat simbol-simbol yang dibutuhkan untuk menjadi seorang ustadz. Masak ‘rocker’ sih? Mana ada rocker kalau tampil sehari-hari pakai kopiah, baju koko, dan berjanggut?

Citra memang belum tentu sesuai kenyataan. Tapi paling tidak, citra bisa menjadi pintu gerbang sebelum masuk ke dalam hati seseorang yang sesungguhnya. Ketika pintu gerbangnya ‘rada aneh’ maka besar kemungkinan kita ‘berprasangka’ aneh pula.

Cerita tentang prasangka, sekarang banyak orang ikut seminar bayar mahal di hotel berbintang sekedar untuk belajar bagaimana menghindarkan diri dari prasangka lho…

Kalau saya pendekatannya sederhana. Pertama, dalam Islam kita memang dilarang berprasangka. Jadi sebenarnya nggak usah bayar mahal untuk kuasai ilmu ‘bebas prasangka’ ini. Rajin-rajin aja ikut pengajian pak ustadz. Ustadz kelas kampungpun ilmunya pasti sama kok dengan ustadz kelas hotel bintang lima. Semuanya akan bilang, “Jemaah sekalian, berprasangka buruk itu dilarang dalam Islam….”

Kedua, berhubung menghilangkan prasangka itu susah, apalagi banyak orang memang malas menghadiri pengajian, maka mending kita jauh-jauh aja dari hal-hal yang membuat orang berprasangka buruk tentang kita. Istilah dakwahnya, ‘mari kita menghindari fitnah’. Jadi, daripada daripada, lebih baik lebih baik….

---------

Sekarang, sekali lagi, tekadku sudah bulat. Pernyataan kebulatan tekad ini semua gara-gara kopiah. Bahwa sesering mungkin saya akan pakai kopiah ke kantor atau ke mana-mana. Supaya ‘insiden’ saya dipanggil Pak Haji bisa lebih sering terjadi. Supaya setiap kali saya dipanggil begitu saya akan bilang ‘amiin’ dalam hati. Dan supaya Insya Allah dengan begitu pula Allah mengabulkan doaku…..agar suatu saat saya juga bisa naik haji…..

Pokoknya, tekadku sudah bulat! Insya Allah…..