18 Juli, 2007

Pejamkan Mata........


Tulisan ini saya posting di GM2020 tanggal 31 Mei 2007. Selamat membaca.



*********

Itu di Gorontalo ada teman saya namanya Mas Wayan. Tanpa saya kasih tahu Anda pasti sudah tahu asalnya dari mana.......dari rahim ibunya..hehehe.

Saya kenal Mas Wayan urusannya tidak jauh-jauh dari Jepang. Dia adalah jebolan program magang depnaker ke Jepang. Saya senang mengamati dia, karena dia beda dengan jebolan magang ke Jepang yang banyak saya temui.

Wayan masih muda. Sudah punya usaha, kelihatannya maju, hebatnya karena dia di perantauan.

Tulisan ini bukan untuk mengangkat profil Mas Wayan. Tapi efek tulisannya mau saya pantulkan ke orang-orang dinas tenaga kerja Gorontalo, syukur-syukur kalau orang pusat juga kena pantulannya.

Itu program magang ke Jepang selalu jadi primadona di kalangan anak muda. Bayangkan saja. Di Jepang mereka bisa dapat gaji standarnya JPY150.000 (setara RP 12jt/bl) belum lembur. Setahu saya anak-anak magang itu lemburnya malah bisa lebih panjang dari jam kerja standarnya. Jadi bagaimana tidak menggiurkan?

Jadi jangan heran kalau ada anak magang Jepang baru pulang ke tanah air karena kontraknya habis, lagaknya bisa seperti OKB. Ya memang secara finansial mereka seharusnya pulang dengan kantong tebal.

Tapi sayangnya bukan cuma seribu sayang. Beribu-ribu sayang. Karenanya sejak awal motivasinya hanya mau cari uang banyak, yah dapatnya cuman uang banyak. Trus, apa uang banyaknya bertahan terus-terusan sampai setelah kembali ke tanah air?

Ini dia faktanya. Survey tidak resmi saya membuktikan, kebanyakan anak magang yang pulang ke tanah air enggan menerima tawaran kerja dari perusahaan di Indonesia karena membandingkan dengan gaji yang mereka dapat ketika di Jepang. Jelas aja nggak matching..!

Kesimpulan survey saya lagi, biasanya setelah kembali ke tanah air, mantan anak-anak magang ini hanya terpaku pada 2 pilihan. Pertama, cari jalan untuk kembali ke Jepang lagi, meskipun dengan cara-cara ilegal, dan kedua, berfoya-foya sebagai OKB sampai duitnya habis baru menyesal and trus cari kerja. Kasihan..... .....

Kalau urusannya dengan uang, setahu saya masalahnya juga dua: 1. Kekurangan Uang, 2. Kebanyakan Uang!

Nah, anak-anak magang yang baru pulang itu bermasalah di poin 2. Kebanyakan uang dalam semalam, balik ke Indonesia tidak tahu uangnya mau diapakan, berfoya-foya, habis!

Untuk yang mengurusi ini di Dinas Tenaga Kerja, ini bagian anda!

Coba sebelum mereka diberangkatkan, selain mengajari hal-hal yang berbau teknis pekerjaan, ajari juga dong mereka cara-cara mengelola uang pasca program. Coba undang orang-orang yang memang kapabel memberi pelatihan seperti ini supaya peserta magang ini setelah pulang tidak justru menambah angka kemiskinan setelah sempat menambah sesaat jumlah orang kaya di Indonesia.

Seandainya saya bisa hipnotis Anda yang di Dinas Tenaga Kerja Gorontalo, saya akan bilang begini ke Anda........ :

"Pejamkan mata Anda....Gunakan alam bawah sadar Anda.......
Bayangkan, kalau semua anak magang ke Jepang asal Gorontalo pulang-pulang bawa uang banyak,
Mereka kemudian jadi pengusaha, membuka lapangan kerja, keuntungan berlipat ganda,
Pajak mengalir ke Pemda....... ..bayangkan. .......bayangkan ......... "

Tuuuuuuuuuutttt. ...Orang Dinas Tenaga Kerjanya mau dihipnotis malah kentut!.....
(hehehe..... .bercanda dikit....... )

Kalau Anda tidak percaya dengan cerita saya tentang Mas Wayan ini, coba aja Anda cari dia di Gorontalo. Kalau tidak salah perusahaannya memroduksi mesin-mesin pemotong kayu, dan mesin-mesin lain. Coba deh Anda cari.

Kalau memang Anda ketemu dengan Mas Wayan itu, berarti cerita saya benar.
Kalau tidak ketemu?
Wallahu 'alam.....

Tidak ada komentar: