02 November, 2007

Korban Tali Rafia


Bismillah,

Dulu setiap Jumat saya dapat banyak ide untuk menulis. Sumbernya bisa dari mana saja. Paling banyak dari mana lagi kalau bukan dari khutbah Jumat di mesjid.

Hari ini jujur saya tidak dapat ide apa-apa dari khutbah Jumat. Soalnya saya jatuh tertidur dan agak pulas. Malu sekali rasanya saya pada diri sendiri. Apalagi saya duduk di saf paling depan (berharap dapat unta hehehe). Nanti terbangun ketika khatib sudah hampir selesai.

Sebenarnya hari ini malu saya berlipat ganda. Sebelumnya saya sudah berbuat zalim kepada seseorang.

Sebenarnya ini hal biasa. Seseorang tanpa permisi masuk ke gudang saya dan memunguti tali-tali raphia yang berserakan. Disangkanya tali itu tidak kami pakai lagi. Padahal saya sempat mengeluh kepada anak buah saya yang sebentar-sebentar meminta dibelikan tali. Saya sudah menegur mereka karena saya nilai mereka terlalu boros dan bekerja tidak efisien.

Makanya ketika melihat ada orang tanpa permisi memunguti tali-tali tersebut, saya serta merta menegur dengan keras. Di luar dugaan orang ini malah balik marah ke saya. Kami kemudian adu argumen. Ujung-ujungnya saya ditantang berkelahi. Alhamdulillah, meski emosi, apalagi ketika sedang bertengkar, saya biasakan diri membaca surah An-Nas dalam hati. Harapan saya, agar saya terlindungi. Apapun kejadiannya, kalau itu yang terbaik, saya selalu berharap bahwa Allah SWT melindungi.

Dalam suasana emosi, kepala saya sempat mikir. Malu juga kalau nanti saya berkelahi dan akibatnya fatal, trus muncul di koran besar-besar dengan judul “Korban Tali Rafia”. Iihh…ngeri! Makanya saya ambil inisiatif untuk menyudahi.

Agak repot juga. Apalagi anda mungkin pernah dengar bagaimana orang Makassar kalau lagi emosian. Untungnya meskipun bukan orang Makassar 100%, saya punya bekal bahasa Makassar cukuplah untuk menenangkan orang sesama Makassar kalau lagi marah. Ternyata diplomasi bahasa daerah kalau dalam kondisi begini efeknya maknyos punya!

Belakangan setelah semuanya reda, saya jadi malu sendiri. Kok bisa-bisanya karena tali rafia saya ‘meneriaki’ orang. Bagaimana pula kalau saya punya rantai emas semeter. Bisa-bisa saya berubah jadi setan kali yah……?

Subhanallah. Aku bersyukur kepada Allah yang senantiasa membimbing dalam kondisi apapun. Memang Allah adalah sebaik-baik pemberi jalan keluar. Kalau saja terjadi Korban Tali Rafia, bukan hanya saya, keluarga saya, karyawan saya, dan mungkin orang-orang yang berhubungan dengan bisnis saya, semua bisa kena imbas. Bisa jadi imbasnya besar bisa pula imbasnya kecil. Wallahu ‘alam bissawab.

Ya Allah, aku berlindung kepadaMu agar aku dan para pembaca setia blog ini tidak ada yang jadi ‘Korban Tali Rafia’, baik sekarang dan sampai selamanya. Amin.


Gambar diambil dari sini.

Maaf Atas Pengkhianatan Ini....


Assalaami Alaikum Wr. Wb,

Pembaca blog setia saya. Demikian pula kerabat dan handai taulan. Serta sahabat, baik karib maupun yang akan karib......

Postingan ini bagi saya spesial. Sesungguhnya seluruh postingan bagi saya spesial. Hanya saja, khusus untuk postingan ini, saya tambahkan elemen perasaan yang lebih dalam. Saya tambahkan rasa sentimen yang tidak biasa atau tidak seperti biasanya.

Musababnya tentu ada.

Satu. Saya sungguh terlambat menuliskan pesan Ied Mubarak. Tapi sebagaimana kata orang, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Makanya, kepada anda sekalian, terimalah untaian kata dari saya:

"Mohon Maaf Lahir Bathin. Taqabbalallahu minna wa minkum. Shiyama wa shiyamakum"
ttd, Irwan, Ai, Heni.

Dua. Rasanya lama sekali sejak postingan terakhir saya. Saking lamanya, saya serasa asing terhadap blog ini. Bahkan kata sandi (password) untuk mengakses membuat postingan pun saya nyaris lupa. Padahal, saya sangat menikmati mengenal anda. Meskipun saya tidak atau belum pernah melihat anda pembaca secara langsung. Tapi rasa-rasanya, hati saya kok sudah sejiwa dengan hati anda.

Mungkin ini contoh kecil saja. Bagaimana kalau kita sudah cinta maka wujud itu tidak jadi masalah. Demikian adanya pula dengan iman kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW. Saya dan anda pembaca, tentu tidak mementingkan untuk melihat wujud atau dzat-Nya. Tapi kita yakin dalam hati, kita tampilkan dalam kehidupan, bahwa kita mencintai-Nya. Semoga cinta kita kepada-Nya suatu saat berbalas dengan diizinkannya kita oleh-Nya untuk bercengkerama dengan-Nya bahkan dengan wujud sekaligus. Tapi tanpa itupun, cinta ini kepada-Nya sudah membuat hati sangat berbunga-bunga.

Pembaca blog setia. Anda bagi saya sudah seperti saudara. Sudah seperti teman. Bahkan sudah seperti kekasih. Maafkan saya kalau saya lama tidak menyapa anda melalui tulisan atau postingan saya. Saya bisa mencari seribu satu alasan untuk itu, tapi toh itu bukan tujuan saya meminta maaf. Saya merasa sudah berkhianat. Saya merasa lalai dan tidak konsisten untuk mempertahankan kebiasaan yang saya harap suatu saat menjadi tradisi, untuk senantiasa sharing dengan anda sekalian, tentu sharing yang baik, yang dilandasi oleh niat berbakti kepada Allah SWT. Niat untuk mendapatkan kebahagian hakiki, baik di dunia maupun di akhirat.

Sekali lagi,

Maafkan saya atas pengkhianatan ini......


Gambar diambil dari sini.