19 Juli, 2007

Posisi saya di mana?


Alhamdulillah.


Sudah seharusnya kita bersyukur dalam setiap kucuran detik. Orang yang tidak bersyukur itu orang tidak tau diri. Kalau tidak tau diri berbahaya, bahayanya tergantung kadarnya. Ambil contoh, bernafas. Setiap tarikan nafas berarti anda bersyukur. Kapan anda dengan sengaja berhenti menarik nafas, itu tandanya anda menantang Tuhan dan tidak bersyukur. Pesan saya, khusus yang satu itu, bersyukurlah sesyukur-syukurnya.


Tulisan ini diilhami oleh tatapan mata saya ke onggokan buku di ruang kerja saya. Saya terbawa nostalgia. Di antara onggokan itu ada sederet buku karya seorang penulis yang saya sangat kagumi, Robert T. Kiyosaki. Yah, orang ini sangat fenomenal. Tulisannya mengenai 'Rich Dad Poor Dad' diklaim oleh banyak pembaca dan pendengar kata-katanya sebagai 'inspiring & life changing!'. Saking kagumnya saya terobsesi atas semua yang memuat namanya. Bahkan tidak satupun dari bukunya yang terbit di Indonesia saya lewatkan, paling tidak sampai ketika saya masih menggolongkan diri sebagai 'murid'nya.


Apa sekarang saya tidak kagum lagi?


Sekarang beda. Dulu kekaguman saya karena merasa saya sudah diajarinya dan saya mengikuti ilmunya. Sekarang juga masih kagum, tapi dalam nuansa yang lain. Saya kagum karena ternyata semakin setia menjadi muridnya, semakin banyak pertanyaan yang muncul dan tidak terjawabkan oleh ajarannya. Ini mengantarkan saya ke perenungan lanjutan.


**********


Cashflow Quadrant-nya Kiyosaki


Sederhana saja saya paparkan. Salah satu teori Kiyosaki yang fenomenal adalah tentang Cashflow Quadrant. Teori ini menjelaskan 4 jenis (atau kwadran) orang ditinjau dari caranya menghasilkan uang. Dari keempat jenis ini, 2 jenis dimasukkan sisi kiri kwadran, 2-nya lagi dimasukkan ke sisi kanan kwadran.


Nah, di sisi kiri kwadran, ada Golongan E = Employee atau bahasa gampangnya 'orang yang makan gaji' dan bekerja untuk pihak lain. Karyawan swasta, pegawai negeri, atau sektor non formal lain yang makan gaji atau upah, masuk dalam golongan ini. Kata Kiyosaki, orang golongan E penghasilannya terbatas sebatas gajinya, dan biasanya lebih banyak gigt jari ketika bicara mimpi-mimpi yang melibatkan penggunaan uang untuk mewujudkannya.


Masih di sisi kiri kwadran, ada Golongan S = Self-employed, yang diartikan golongan pekerja lepas. Golongan ini lebih maju daripada golongan E. Dalam artian, dari segi penghasilan, golongan pekerja lepas, atau orang yang tidak bekerja pada pihak lain, biasanya memiliki penghasilan lebih tinggi. Hanya saja orang golongan S kebanyakan bergantung pada kelebihan yang ada pada dirinya untuk dijual, atau 'jual diri' dalam artian bagus. Contoh, pengacara yang menjual jasa hukum, penyanyi yang menjual merdu suaranya, dokter yang menjual pengetahuan medisnya, akuntan yang menjual pengetahuan 'hitung-hitung uang', dan lain-lain. Nah, anda lihat, orang golongan ini bisa menghasilkan uang banyak. Tapi kata Kiyosaki, dari segi kebebasan waktu, mereka tidak fleksibel. Kalau mereka 'tidak jualan' tidak ada uang masuk.


Dua golongan di atas, masuk sisi kiri kwadran, menurut teori Kiyosaki memiliki potensi penghasilan terbatas. Makanya secara finansial disebut tidak bebas (financially not free).


Selanjutnya di sisi kanan kwadran. Ada Golongan B = Business Owner. Dari terjemahan langsung saja anda bisa mengerti bahwa orang golongan ini adalah orang yang memiliki bisnis. Pemilik bisnis justru mempekerjakan golongan E. Orang golongan ini tidak perlu khawatir tentang bisnisnya karena ada golongan E yang mengelolanya. Dalam bahasa Kiyosaki, golongan ini memiliki sistem kerja dan orang-orang yang berkerja untuk mencarikannya uang. Potensi penghasilannya bisa tidak terbatas.


Masih di sisi kanan kwadran, adalah Golongan I = Investor. Mereka adalah para pemilik modal atau uang. Uang tersebut, kemudian bekerja lagi untuknya, untuk mencarikan sesamanya uang. Singkatnya, dia punya uang yang akan mencari uang juga. Sedaaaaappp.......Contohnya para investor di bursa saham, atau orang-orang yang memang kerjanya memutar modalnya.


***********


Nah antara sisi kiri dan sisi kanan, sangat berbeda. Sisi kiri adalah golongan yang tidak bebas secara finansial (financially not free). Sisi kanan sebaliknya, mereka bebas secara finansial(financially free). Kalau orang sisi kiri cari restoran lihat kantong dulu baru masuk, maka sisi kanan tidak pake lihat kantong, asal suka suasana atau menunya, masuk saja. Itu mungkin gambaran sederhana betapa bebasnya orang sisi kanan kwadran secara finansial.


Teori ini inspirasional. Buktinya saya juga dulu memutuskan tidak mau jadi orang gajian sedikit banyak karena membaca teori ini. Saya mau bebas secara finansial. Saya mau masuk sisi kanan kwadran. Akhirnya, beginilah saya..............(kalau mau tau saya bagaimana, sudah bebas secara finansial atau belum, mampir dong ke rumah.....)


***********


Di bagian pembukaan saya bilang kekaguman saya ke Kiyosaki sudah berbeda nuansanya. Latar belakangnya ada.


Semakin saya mengejar kebebasan finansial, sangat jelas di dalam kepala saya bahwa uang menjadi motivasi utama. Yang celaka karena pikiran saya dalam mencari uang terkotak-kotak sesuai kwadran yang 4 itu. Jadi setiap orang yang saya temui seakan-akan di kepalanya saya bisa melihat huruf besar E atau S atau B atau I sesuai dugaan saya apa kwadrannya.


Kalau saya ketemu orang E atau S, dalam hati saya ngomong sendiri, kasian amat orang ini. Kerja keras siang malam padahal nyata bahwa dia tidak akan bebas secara finansial.


Kalau saya ketemu orang B atau I, naluri mau kaya saya otomatis berkata, kamu harus dekat-dekat dengan orang ini. Baunya saja dia sudah kaya. Dia ini penghuni sisi kanan kwadran!


Wah, kondisinya bisa mengerikan. Takuuuttt. Ngak tahaaaannn.


**********


Posisi anda di mana?


Makanya saya merenung. Saya pikir, kalau semua orang belajar teori ini, kalau semua pemahamannya sama, tidak seorangpun yang mau masuk sisi kiri kwadran. Betul tidak?!


Jadi siapa yang mau jadi petani suapaya kita bisa beli beras? Siapa yang mau jadi nelayan supaya kita bisa makan ikan? Siapa yang mau ngajar di sekolah supaya anak-anak kita pintar? Siapa yang mau jadi pandai besi bikin panci supaya kita bisa masak? Siapa begini supaya begitu? Siapa begitu supaya begini?


Tapi Kiyosaki tidak salah. Bahwa kalau orang ikut teori dia bisa saja mereka berubah bebas secara finansial. Sekarang, mari kita lihat kenyataan. Masih banyak saja orang di dunia ini yang tidak ikut ajaran Kiyosaki. Mengapa? Kemungkinanya dua. Pertama, mereka tidak tau teori Kiyosaki, jadi wajar kalau mereka tidak ikut. Kedua, mereka tau tapi tetap tidak ikut. Pertanyaan saya, apa yang menahan mereka untuk tidak ikut?


*************


Subhanallah!


Lagi! Mari kita bersyukur! Satu karena sebagai muslim, dengan bersyahadat kita Insya Allah masuk golongan yang berhak dapat syafaat dari Rasulullah SAW. Dua, karena sebagai muslim pula, ada satu pembeda utama antara kita dan non-muslim dalam menjalankan kegiatan di dunia, termasuk dalam bekerja, yaitu 'BERKAH'.


Kita sebagai muslim dan non-muslim diberi kesempatan setara dalam mengejar kekayaan dunia. Makanya jangan tanya kok ada orang non-muslim oleh Tuhan dikasih banyak. Kita yang jelas-jelas berdoa setiap hari malah capek melulu tidak dapat banyak.


Jangan berprasangka kepada Tuhan. BERKAH itu adalah jawabannya.


Sebagai petani, apalagi dengan model petani di Indonesia, mungkin mimpi terbesar anda hanya boleh 'naik haji'. Paling tidak untuk saya sendiri, belum pernah tuh saya lihat ada petani di desa punya villa di puncak. Atau nelayan yang sehari-harinya di laut, belum pernah tuh saya lihat yang punya kapal pesiar. Tapi kok mereka masih tetap bertahan. Apalagi kalau bukan 'BERKAH' dari Allah SWT?!


Maaf, saya lupa akuratnya, semoga Allah melindungi saya dari kesalahan karena nafsu saya, tetapi setau saya ada hadits yang menyatakan bahwa setiap bulir padi yang dihasilkan petani dan dimakan orang, kemudian orang itu berbuat baik, selama itu pula si petani akan dapat pahala! Subhanallah! Ini sih lebih hebat dari kebebasan finansial. Kalau begini, petani kita bisa gubug derita di dunia tapi istana di sorga.


Sekali lagi alhamdulillah.


Renungan ini menjawab kebimbangan saya. Sebelumnya dengan teori Kiyosaki, banyak orang pasti bertanya, 'Posisi saya di mana? Apa saya berada di kwadran yang benar?'


Sekarang, kalau kita mengerti bahwa kerja atau usaha itu bukan sekedar dapat duit, tapi dapat berkah, kita tidak perlu lagi bertanya begitu. Pertanyaan kita sekarang, 'Sudahkan apa yang saya kerjakan ini berberkah?' Rugi kan kalau duit dapat cekak berkah pun 'nehi'.


Sebelum selesai, saya mau tanya anda lagi, 'Sudahkan apa yang anda kerjakan saat ini berberkah?'


Semoga......



Tidak ada komentar: