18 Juli, 2007

Boleh kan?


Tulisan ini saya posting di GM2020 tanggal 26 Juni 2007. Selamat membaca.


*********


Boleh kan kita menyindir diri sedikit?

Kita ini orang Indonesia banyak yang suka berpikir besar tapi melupakan yang kecil-kecil.

Di sekitar kompleks tempat tinggal saya di Makassar sedang dibangun Celebes Convention Center. Waktu gedung ini dicanangkan berdiri kalau tidak salah tahun lalu, ekspose di koran luar biasa. Belum lagi ditampilkan gambar arsitektural yang menambah keyakinan orang kalau gedung ini betul-betul akan menjadi penanda tempat (Landmark) Kota Makassar.

Lokasi pembangunannya juga stretgis sekali. Di Jalan Metro yang nota bene laut yang direklamasi jadi jalan pintas. Makanya pemandangan pasti luar biasa. Kalau tidak salah di sebelahnya akan dibangun hotel berlantai banyak (lupa lantai berapa) yang modelnya seperti bangunan terkenal yang ada di Dubai.

Setiap hari saya melintas di Jalan Metro. Makanya sedikit banyak saya jadi saksi bagaimana perkembangan pembangunan proyek ini. Waktu baca eksposenya di koran, dalam hati saya berharap banyak juga. Bagaimana tidak, pembangunannya tidak terlalu jauh dari kompleks rumah saya. Bisalah berbangga diri dikit......

Tapi lama-kelamaan saya perhatikan, ternyata tidak seindah warna aslinya. Terutama bagian-bagian detail. Kelihatan sekali kalau proyek ini diburu-buru. Mungkin karena gembar-gembornya besar, banyak pejabat dari pusat datang meninjau. Termasuk Presiden SBY. Kalau JK jangan ditanya.

Bagian atap dibikin agang lengkung. Modelnya seperti Keong Emas di Jakarta atau Opera House di Sydney. Jauh dari mirip sih, tapi sama-sama lengkung. Saya suka memperhatikan dengan seksama, sayaaaaang sekali karena lengkungannya kasar. Tidak jauh beda dari kerja tukang borongan waktu rumah ibu saya diperbaiki.

Ada hal lain yang menurut saya parah! Gedung manapun kalau didatangani, bagian pertama yang akan ditemui adalah lapangan parkir atau pelataran. Lumayan luas. Tapi kalau kita perhatikan, tanahnya dipaving. Tapi pengerjaannya sembrono sekali! Jauh lah dari kesan landmark yang bisa dibangakan.

Begitulah kita orang Indonesia. Pernah Matsui-san, tenaga ahli JICA yang saya ceritakan di postingan tentang Prof Abe, bilang begini ke saya. "Irwan-san, orang Jepang kalau anda datangani rumahnya tidak sedikit yang jorong. Tapi kalau fasilitas umum, pasti bersih dan bagus."

Hmm.......tersinggu ng!

Ya tapi kenyataan memang begitu. Ketika bicara proyek apalagi bangunan, anggarannya pasti dibikin mahal. Bukan mahalnya yang jadi masalah, tapi kesesuaian antara anggaran dengan hasil kerja. Kesesuaian dengan kualitas kerja.

Kan kita kalau belanja juga punya prinsip. Biar mahal asal kualitas bagus. Selain bergengsi juga tahan lama.

Kok ketika mengerjakan proyek tidak seperti itu?

Apa sih susahnya menerapkan prinsip yang sama, toh sama-sama membelanjakan uang?

Jadi, kalau di antara anggota milis ada yang kebetulan diamanahkan mengelola proyek pembangunan, saran saya, perlakukan seperti ketika belanja pribadi. Bukan dananya yang dianggap dana pribadi, tapi hasil belanjanya, carilah kualitas sebagaimana kalau kita belanja uang pribadi.

Boleh kan?

Tidak ada komentar: