14 Juli, 2007

Anakku Mengetuk Kulkas


Anakku Muh. Ainurridho Uno. Saya dan istri saya waktu itu saling ganggu, tidak taunya,
Alhamdulillah, lahir anak yang kami nanti-nantikan. Waktu mau kasih nama, rada susah juga.

Kami coba pegang prinsip agama. Bahwa nama bagusnya pendek saja. Tapi artinya juga harus bagus karena kalau dia dipanggil, maka panggilan itu bisa jadi doa. Saya dan istri saya beli banyak buku-buku nama sebelum hari H kelahiran anak kami. Selain kriteria agama, istri saya juga ada kriteria lain. Dia mau nama anaknya ada 'bau' Jepangnya. Soalnya dia terobsesi banyak sama Jepang dari cerita-cerita saya.

Akhirnya kami sepakat nama di atas.

Muhammad-nya sudah mencakup nama Bapak saya, Muhammad Amin Uno, orang dekatnya saya dengar sering panggil beliau 'Kak Moba'. Maklum ini cucu pertama dan satu-satunya sampai saat ini dari pihak keluarga saya. Jadi kami harus meniggalkan kesan bahwa nama si cucu terisnpirasi juga dari kakek dari papanya.

Kakek dari bundanya bernama Muhammad Nur Thahir. Bunyi 'Nur" dalam nama di atas juga tentu mendapat insprirasi dari nama kakek dari bundanya ini.

Ainurridha sendiri kalau tidak salah berarti 'enak dipandang mata'. Memang itu juga harapan kami. Bahwa anak kami ini selalu menjadi penghibur kami sampai kapan pun. Bagusnya lagi, dengan nama ini, kami bisa memanggilnya dengan sebutan 'Ai', yang dalam bahasa Jepang berarti cinta.

Lengkap deh semua kriteria yang dituntut.

Ternyata, si Ai memang enak kami pandang. Trus tingkahnya juga lucu. Tulisan ini terinspirasi dari tingkahnya semalam.

---------------------

Tahun ini Ai berumur 3 tahun. Bicaranya memang agak lambat dibanding anak seusianya. Tapi kami sudah bisa menangkap maksudnya dan dia pun sudah mulai menangkap apa yang kami ajarkan.

Setiap pulang ke rumah dari luar, kami memang selalu mengajarkan Ai untuk mengucap salam bagi orang yang di dalam. Rutinnya seturun dari mobil, saya menggendong Ai turun ke depan pintu rumah dan mulai mengetok pintu sambil mengucapkan "Assalaamu Alaikum!" untuk pembantu kami di dalam rumah.

Belakangan Ai sudah mengerti. Bahwa kalau tiba di pintu harus mengetuk dan mengucapkan salam. Jadi dia akhirnya selalu mendului saya. Tangannya mengetuk lembut sambil berteriak,"Calamulecuuum!"

Kami selalu senyum kalau lihat tingkahnya ini. Kami perhatikan ilmunya semakin meningkat. Setelah itu bukan saja kalau kami tiba di rumah dari luar, tapi kalau dia mau masuk kamar pun sering mengetuk dan ucap salam. Hahaha...kami senang sekali.

Tapi semalam bukan cuman bikin senang. Tapi bikin kami ketawa lebar. Ceritanya dia mau buka kulkas. Waktu sampai di pintu kulkas, dia mengetok dulu sekaligus beri salam.....

Saya dan istri saling pandang dan tersenyum lebar. Kata istri saya, "Nak, itu kulkas. Di dalamnya tidak ada orang. Jadi, Ai tidak usah bilang "Calamulecuum".........

Masih banyak ulah Ai yang lucu-lucu. Biasanya setelah saya perhatikan saya coba mengambil kesimpulan.

Dari ulahnya mengetuk kulkas sambil beri salam, saya jadi mengerti satu hikmah hidup.

Bahwa proses belajar itu tidak mesti langsung tau dan langsung benar. Bahwa belajar itu juga mencakup belajar dari kesalahan.

Kelihatannya ini masalah terbesar kita dewasa ini. Bicara tentang sistem pendidikan, sistem kita dirancang untuk takut salah. Malah dalam beberapa hal lebih ekstrim lagi, bahwa tidak boleh salah sama sekali!

Akibatnya, mental banyak orang kita jadi mental harus benar. Walaupun itu salah. Ujung-ujungnya timbul kebiasaan ABS = Asal Bapak Senang.

Padahal banyak penemuan besar dunia berawal dari kesalahan. Ada orang-orang tertentu malah berani berkumpul dalam 'Komunitas Berani Salah/Gagal'.

Mungkin manusia juga secara alamiah akan terbawa dengan kebiasaan ini. Susah memang kalau orang sudah dewasa dituntut seperti anak-anak dalam belajar. Anak-anak itu tidak merasa malu salah, seperti ai mengetuk pintu kulkas sambil beri salam.

Saya ada pengalaman bagus. Saya belajar ke Jepang sudah 2 kali kesempatan.

Pertama waktu SMA kelas 1 ikut pertukaran pelajar AFS/Yayasan Bina Antarbudaya. Saya ingat ketika itu saya berangkat ke Jepang dengan bekal 0 Nihon-go (bahasa Jepang). Sesampai di sana, saya tinggal di keluarga angkat Jepang asli, dan bersekolah di sma Jepang selayaknya anak Jepang yang lain. Bisa anda bayangkan bagaimana susahnya saya harus beradaptasi.

Tapi harus saya akui bahwa dengan usia semuda itu (sekarang juga masih muda seh...dibanding kakeknya Ai....hehehe...), semangat belajar saya masih tinggi dan perbedaharaan malu dan takut salah juga masih rendah. Jiwa adventurenya lebih banyak. Walhasil dalam waktu 2 bulan Alhamdulillah saya bisa menguasai bahasa Jepang sehari-hari. Setelah 4 bulan, sedikit banyak saya bisa berinteraksi dalam pelajaran sekolah. Perbendaharaan huruf Kanji juga maju pesat.

Tapi ceritanya sangat berbeda ketika saya berangkat lagi belajar untuk setahun di tahun 1996. Waktu itu saya kuliah. Suasananya sudah lebih formal. Dalam bergaul di kampus saya sudah takut dan malu kalau salah. Akibatnya berbeda sekali. Tetap saja saya akui Nihon-go saya banyak kemajuan. Tapi saya yakin kemajuannya akan lebih tinggi seandainya saya tetap bersikap seperti waktu masih sma.

Well....Ai mungkin masih akan tetap bertingkah lucu dan tidak pada tempatnya untuk beberapa saat. Dengan belajar hikmah ini, saya jadi terpikir, Ai bertindak tidak takut/malu salah di luar kendalinya. Kalau kita sebagai orang dewasa yang sudah bisa memegang kendali, bisa nggak ya mengendalikan supaya kita tidak takut/malu salah?


Mari kita coba....


13 Juli, 2007

Mulai dengan Memulai


Tulisan ini saya posting di GM2020 tanggal 28 Juni 2007. Potingan ini menjawab pertanyaan seorang milister apakah saya ada menulis buku atau tidak? Selamat membaca.


**********


Bung Fadli dalam postingan saya terdahulu bahwa saya sedih karena file buku saya hilang oleh semut (mungkin gaya bahasa saya terlalu manis sampai semut pun terpanggil kali ya), itu serius. Tapi saya senang juga, sejak itu saya tidak pernah mau menyimpan gelas atau minuman apapun di samping laptop saya.

Saya senang juga karena anda mengingatkan saya tentang itu dan judul buku yang wafat secara prematur itu muncul kembali di benak saya. Saya mau sedikit menulis pagi ini terinspirasi oleh judulnya, "Mulai dengan Memulai".

Dari jejak memori yang tertinggal, chapter pembuka dimulai dengan setting berikut:

"Kisah ini balik ketika orang sedang mewujudkan impian untuk terbang ke bulan. Amerika sebagai negara terdepan dalam teknologi ini berkomitmen untuk menyediakan berapapun biaya yang dibutuhkan untuk mewujudkan impian mereka, the american dream, the people's dream, to land on the moon....menginjakka n kaki di bulan.

Singkat cerita semua ilmuwan dan teknisi terbaik dalam bidangnya dilkumpulkan. Blueprint dan prototype sudah dihasilkan. Kerja sebenarnya pun dimulai. Para ilmuwan dan teknisi bahu membahu membangun sebuah pesawat luar angkasa yang didorong oleh roket canggih yang diskenariokan akan membawa manusia ke orbit bulan untuk selanjutnya mendarat di atasnya.

Di sisi lain yang tidak kalah rumitnya adalah menyiapkan calon awak...para astronot yang harus merupakan orang-orang terbaik. Orang-orang yang bukan sekedar intelligent, tapi juga berani dan skillful sehingga mereka bisa menyelesaikan misi untuk menginjakkan kaki di bulan, tapi lebih dari itu kembali ke bumi dengan selamat. Proses penentuan para awak memakan waktu lama. Belum lagi proses persiapan mereka. Singkat cerita ini pun telah dilewati. Sekelompok orang-orang pilihan telah siap menjalankan misi.

Akhirnya tiba hari H. Hari penting yang akan tercatat dalam sejarah manusia. Hari penting yang akan membuktikan atau menggugurkan banyak hipotesis.

Semua mata dan telinga tertuju pada misi ini. Kesibukan berubah menjadi puncak ketegangan. Di bangunan pusat kendali misi, direktur pusat kendali menjadi aktor terpenting.

Tiba saat hitung mundur yang ditunggu-tunggu. Bagian bawah roket berukuran super besar sudah keluar asap mengepul, pertanda pesawat beroket pun siap meluncur ke atas. Monitor kesiapan masing-masing awak juga tidak menunjukkan kejanggalan. Sampai pada saat countdown, direktur pusat kendali mendapat konfirmasi bahwa misi siap!

Suara time operator akhirnya bergema...
TEN.....NINE. ...EIGHT. ...SEVEN. ...SIX... .FIVE.... FOUR...THREE. ...TWO... .ONE....ZERO! !

Tidak sepasang pun mata yang tidak tertuju pada landasan peluncuran. Anggota ahli pengendali fokus pada monitor di depan mereka dan pada sebuah monitor raksasa yang memperlihatkan kondisi pesawat secara utuh. ANEH! Pesawat tidak juga meluncur. Semua elemen bingung dan sibuk mencari-cari, jangan-jangan kesalahan ada di pihak mereka. Bingung..... tegang... ..kerigat berkucuran.. ...gugup. ...semua bercampur jadi satu!

Akhirnya penyebab tidak meluncurnya pesawat ditemukan! ............ ......... ......... ......... ......... ...

Ternyata.... ......Direktur Pusat Kendali Misi........ ........TIDAK MENEKAN TOMBOL START!"

Bung Fadli, itu sejauh yang saya bisa ingat tentang pembukaan almarhumah buku saya (saya sebut almarhumah karena dia so sweet dimakan semut.....)

Saya pikir analogi itu tepat untuk menggambarkan kondisi banyak orang. Ambil contoh istri saya. Berkali-kali dia deklarasi di tempat tidur. Pokoknya saya mau fitness, katanya. Dia sudah ngecek tempat fitnes yang bagus dan khusus wanita mengingat dia berjilbab. Dia juga sudah beli baju fitnesnya. Biar rame, dia juga sudah telepon teman supaya ada yang menemani, katanya. Pendek kata, semuanya sudah siap. Hanya satu, dia tidak pernah pergi ke tempat fitnes itu. Malasnya lebih besar.

Teman lama saya yang dosen juga punya masalah serupa. Ngerti dia bahwa untuk dapat beasiswa mesti punya TOEFL Score memadai. Tapi sejak dia ngomong ke saya dulu sampai sekarang, setau saya dia tidak pernah berinisiatif menghadiri kursus.

Serupa tapi tak sama adalah kakak ipar saya. Selalu saja mengeluh, batuknya tidak pernah berhenti. Ke dokter, dokter cuman minta satu, berhenti merokok! Kakak ipar saya sih setuju. Awalnya kelihatan dia sangat profesional dengan niatnya. Tapi bagaimana mau berhenti, sebungkus rokok yang dia bilang untuk jaga-jaga selalu ada di kantong celana.

Bung Fadli, mungkin anda punya banyak mimpi atau obsesi (yang baik-baik saja tentunya). Saya sarankan, apa pun itu, cobalah anda ambil langkah pertama, agar itu bisa membawa anda ke langkah ke dua, bahkan kalau perlu ketiga, dan seterusnya. Bukankah langkah ke 1000 tidak akan ada tanpa langkah pertama?

Soichiro Honda pendiri Honda Motor Company itu dikenal nakal dan bodoh di sekolahnya. Tapi dia minat besar pada permesinan. Asal tau saja Bung Fadli, sebelum bikin mobil, dia dulu jagonya bikin motor. Sekarang mobil racing Honda menyaingi Ferari. Tidak bakal ada itu kalau ia tidak mulai dengan langkah pertamanya dulu.

Jadi Bung Fadli,
Saya sumbang saran untuk anda, apapun impian anda, mulailah! Tanya bagaimana? Ya pokoknya mulai saja!

Mulai itu duluan, Mencapai impian belakangan!


Berikut adalah postingan saya di GM2020. Postingan ini menanggapi email seorang anggota milis tentang postingan saya sebelumnya, "Mulai dengan Memulai". Selamat membaca.


**********


Wassalam Bung Fadli,

Bismillah,

Bung, mulai itu duluan alias di depan.

Para motivator sekuler selalu menekankan, sebelum mulai tentukan target anda! Mereka bahkan berani berlebihan dengan mengatakan, buat target anda sejelas mungkin dalam bentuk hasil rupiah kalau itu rupiah, barang kalau itu barang, de el el kalau itu dll, dan tentukan waktunya secara spesifik, sebulankah, setahunkah, terserah. Saya dulu pengikut keras aliran ini bahkan mengajarkannya ke banyak orang. Tapi hasilnya, pernah sebulan penuh mesti bed rest akibat tifus, pernah menangis deras akibat maag, kena alergi akibat stress, dengan istri banyak berantemnya, de el el.

Padahal Muhammad SAW pembawa kalamullah berisi kalimat-kalimat motivasi numero uno! (baca=Number One, ini bukan salah seorang keluarga marga saya dan OH)

Innamal a'maalun binniyaat. Saya terjemahkan, ketika anda mulai, jangan pikir belakangnya dulu, tapi bikin depannya dulu. Yaitu tentukan niat anda...."masih ingat prinsip ini dipakai oleh para pekerja iklan dulu.."Gambar kuda kok buntutnya di depan?"...
Berniat harus baik. Agama kita mengharamkan anda berniat jelek. Makanya baru berniat baik saja kita sudah dapat ganjaran, sedangkan kalau berniat jelek, anda belum diganjar ketika belum terealisasi. Maknanya, Allah memberi kita kesempatan untuk senantiasa memperbaiki niat kita.

Nah, saya belajar banyak dari pengalaman baik pribadi ataupun via orang lain. Banyak orang logikanya terbolak balik (masih ingat postingan saya tentang Hukum DM?...itu serupa). Pada saat mulai, bukannya memperbaiki niatnya, malah sibuk menghitung hasil/impiannya.

Analoginya adalah begini. Suatu pagi anda duduk santai di teras sambil memandang halaman anda yang kosong melompong tanpa tumbuhan hijau. Halaman tetangga di rumah yang berhadapan menghentikan lamunan anda dan membawa rasa sejuk tersendiri sebab halaman itu hijau, teduh oleh rimbunan pohon mangga, dan ceria oleh warna-warni kembang sedang merekah.

Anda kemudian mendapat ilham. Alangkah indahnya kalau suasana itu ada di depan anda sendiri. Di halaman anda sendiri. Anda bisa menyentuhnya, bahkan bisa mencium baunya, bisa sesukanya sepuas-puasnya. Anda mulai berimajinasi. Bagaimana kalau anda menanam pohon dan tanaman-tanaman dengan jenis yang sama dan modelnya pun di atur sama di halaman anda. Tapi imajinasi anda mulai berkembang lebih liar. Anda mau lebih bagus dari halaman tetangga. Anda mulai menghayalkan jenis tanamam yang lebih terkenal, lebih mahal dari segi harga, dengan penataan disainer lanskap agar lebih paten, pokoknya semuanya harus lebih! Tapi kenyataan lain menyadarkan anda. Punya halaman seperti itu pasti biayanya mahal. Belum lagi pemeliharaannya. Hitung-hitung untuk memulainya butuh Rp 5jt minimal. Pemeliharaannya may be Rp500rb/bulan. Kebenaran versi anda mulai mendominasi. Daripada keluar biaya semahal itu, belum lagi kesibukan anda belum tentu bisa memperhatikannya kelak, akhir dari semuanya, ANDA MENGURUNGKAN NIAT BAIK ANDA!

Analogi ini sama dengan orang pengangguran yang ditawari berbisnis, setelah pikir panjang lebar ia memutuskan untuk tidak terima sebab takut kalau banyak uang harus dibawa ke bank trus dalam perjalanan ia bisa dirampok orang!

Bung Fadli, Insya Allah dengan mulai dengan niat baik dan jelas, dan ingat, niat baik dan jelas ketika akan direalisasikan harus dengan nama Allah "BISMILLAHIRRAHMAAN IRRAHIM" dan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah untuk menunjukkan jalan kepada anda sekaligus memperbaiki jalan anda kalau salah.

Setelah itu, apa boleh kita langsung menuju ke hasil akhir? Eits, setahu saya sebelum akhir ada tengah-tengahnya. Begitu anda memulai dengan realisasi, ada proses. Proses ini bergantung ikhtiar anda dan cepat tidaknya anda mencapai hasil akhir dan seberapa bagus hasilnya tergantung seberapa dekat anda kepada The Almighty Decition Maker, Allah SWT. Tapi yakinlah, bahwa apapun hasilnya, kalau anda telah meminta kepada pengambil keputusan mutlak, itu PASTI BAIK buat anda!

Saya sarankan anda perhatikan komponen penentu yang lain. Ada Sunnatullah yang harus kita percayai, yaitu ketetapan Allah SWT. Kalau anda pernah baca postingan saya mengenai QADHA (kalau salah itu dari saya, kalau benar itu milik Allah SWT). Supaya gampang dimengerti, SUNNATULLAH ini sebenarnya bidang ilmu yang digeluti oleh Bung MY, hanya saja beliau fokus pada kejadian yang ada di alam. Padahal, dalam kehidupan ini bejibun SUNNATULLAH. Contoh, kalau mau dapat gaji atau upah, sunnatullah yang bisa kita baca saat ini adalah cari kerja atau usaha jualan.

Nah sunnatullah bagi saya seperti program super komputer yang memasukkan semua fungsi kehidupan dalam ketentuanNya sampai mengeluarkan hasil. Artinya, ketentuanNya juga tergantung pada masukan yang anda buat. Logikanya seperti oven panggang. Kalau anda masukkan adonan roti, keluarnya Insya Allah adalah roti. Kalau anda masukkan pisang yang sudah dipenyet, Insya Allah keluarannya adalah Pisang Epe.

Kesimpulan saya, hasil bergantung kepada masukan. Di sini ilmu motivasi dalam Islam menuntut kita untuk evaluasi. Ingat ayat, "Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran" Quran Surah 103: 1-3.

Pengamalan ayat di atas dalam memotivasi kita menurut saya adalah:
Konsisten pada niat baik anda di awal (artinya konsisten pada apa yang anda tuju). Ini adalah pengejawantahan dari iman. Orang beriman niatnya baik, dan kalau niat anda baik, maka anda harus konsisten.
Orang rugi itu kalau hari ininya lebih jelek atau sama dengan hari kemarinnya. Tidak ada selisih plusnya. Jadi anda dituntut untuk selalu evaluasi.
Agar hasilnya baik, tahap awalnya anda mesti selalu minta nasehat kepada orang yang menguasai masalah dan tidak dzalim. Ini namanya belajar. Orang bekerja, berbisnis, atau apapun kegiatannya pada dasarnya adalah orang belajar. Salah besar kalau anda bisnis kue trus bertanyanya ke pebisnis besi bekas. Atau anda mau beternak tapi bertanya kepada petani. Di sini agama kita jelas menyatakan, bahwa anda juga kalau sudah sukses dalam bidang yang anda geluti, harus berbagi ilmu/menasehati orang lain. Jangan dzalim dan mau bagus sendiri.
Kata terakhir "menetapi kesabaran" adalah kalimat motivasi dahsyat! Dalam prosesnya nanti Insya Allah ada sukanya ada dukanya. Motivator sekuler tidak pernah menyebut kata 'sabar'. Agama kita mengangkat ini sebagai isu besar. Selain Insya Allah diganjar hasil bagus di dunia, di akhirat pun orang sabar jelas tempatnya di Jannah. Pengamatan saya, orang sabar itu orang yang tawakkal. Orang tawakkal itu selalu menyerahkan penentuan hasil kepada Allah. Orang tawakkal berikhtiar di kala hari terang, dan merapatkan kepala ke tempat sujud di kala orang lain sedang terlelap dalam gelapnya malam. Subhanallah! Bukankan ini nilai motivasi yang tak ternilai yang bisa kita serap dari kalamullah?!
Bung Fadli, setelah itulah baru kita bisa menikmati hasilnya. Hebatnya lagi kalau formula ini kita ikuti, hasilnya bukan saja baik, tapi Insya Allah akan berberkah. Orang yang dapat berkah bukan saja kaya dalam ukuran dunia kalau ia banyak uang, tapi juga akan bahagia senantiasa di dalam hati.

Jadi, Bung Fadli,
Mulai itu di depan, hasil akhir itu belakangan.. ..

Orang-orang Berselimut....


Tulisan ini saya posting do GM2020 tanggal 2 Juli 2007. Selamat membaca.


*********


Assalaamu Alaikum Wr. Wb.

Dear Milisters...

Ada beberapa kisah teman saya yang mau saya kisahkan. Untuk alasan privacy, nama tidak saya sebutkan.

------------ ------

Seorang teman pernah berkeluh kesah. Ia ke sana ke mari berkendara motor untuk cari duit. Ia seorang dosen bergelar S2. Istrinya juga Dosen. Dari kampus ia dan isterinya terima gaji. Tapi tentu anda bisa mengerti, seperti sebahagaian besar orang, ia rasa gajinya tidak cukup. Kebetulan ia Englishnya jago. Cara mengajarnya juga disuka banyak orang. Very communicative! Apalagi jebolan beasiswa IDP - Australia.

Saya harus akui dia orang yang gigih. Panas terik ia tahan. Hujan lebat pun ia terobos. Jam kerjanya panjang. Kalau pagi ia di utara kota, mungkin 2 jam setelah itu ia sudah di selatan kota. Pulang ke rumah di atas rata-rata jam pulang orang kebanyakan.

Ketika bertandang ke rumah saya suatu saat, saya suguhi kopi (saya lihat dia ngantuk soalnya). Saya bilang, "Kamu kelihatan capek sekali". Dia akui. Dia bilang dia kerja ngajar di kampus kurang lebih sama dengan dosen yang lain. Tapi ngajar di luar di kursus atau di privat cukup panjang. Dia jujur harus begitu untuk 'ngejar setoran'.

Itu baru kegiatan ngajarnya. Belum lagi keterlibatan di proyek. Saya bilang ke dia "Kamu lebih dari Superman!".

Tidak ada keberatan, dia mengaku dia malah butuh waktu kerja lebih panjang. Dia bilang, "Seandainya sehari bisa lebih dari 24 jam, itu pun mungkin tidak cukup buat saya!"

Saya tanya, kerja begitu keras dan panjang untuk apa? "Saya perlu UANG!" katanya.

------------ -----

Dear Milisters, teman saya ini BERSELIMUT! Ia berselimut ketidakpuasan. Menurut saya tidak akan ada jumlah uang terbesar yang bisa memuaskan kebutuhannya. Juga tidak akan ada lebih dari 24 jam waktu hidup untuk memuaskannya. Teman saya ini BERSELIMUT!

------------ -----

Seorang teman yang lain saya kisahkan lain lagi.

Dia ini sekarang yatim piatu. Dulu ketika orang tuanya masih hidup mereka termasuk keluarga berkecukupan. Cukup uang untuk bermewahan. Cukup banyak waktu untuk bersenang-senang. Semua orang dalam rumahnya cukup sibuk dengan kegiatan sendiri tanpa mau tahu kegiatan orang yang lain.

Sampai ajal telah menjemput kedua orang tuanya. Saya tidak tahu, bahwa di balik semua kecukupan yang dulu ia punyai, sekarang ia masih berkecukupan, hanya saja, kecukupannya sekarang adalah cukup banyak masalah.

Karena dulu ia hidup dalam kemanjaan, sekarang ia tidak tahu harus bagaimana. Saudara-saudaranya cari selamat sendiri. Maklum, sejak kedua orang tuanya masih hidup mereka memang sudah biasa saling cuek.

Masalah cukup besar karena teman saya ini bingung bagaimana untuk survive. Serunya lagi karena kepribadiannya juga bermasalah. Ia selalu curiga sama orang. Kepada saya dan teman-temannya yang lain, ia selalu merasa dicuekin (mungkin terbawa kondisi di kelurganya dulu). Kalau ada teman yang menawari pekerjaan, biasanya tidak bertahan lama. Ia cenderung bentrok dengan pemberi kerja karena terdapat kesan bahwa ia selalu merasa dieksploitasi. Mentang-mentang ia orang susah, katanya.

------------ ------

Dear Milisters, teman ini juga BERSELIMUT! Ia berselimut bayang-bayang masalah pribadinya. Ia mengerti bahwa ia bermasalah, tapi ia tetap curiga. Ia penuh rasa curiga. Teman saya ini BERSELIMUT!

------------ -----

Kisah tentang teman saya masih ada.

Kalau yang satu ini cukup dekat dengan saya. Ia secara langsung atau tidak langsung suka membeberkan masalah pekerjaannya. Ia dalam istilah banyak orang 'beruntung'. Masih kata orang lagi, ia bekerja di 'tempat basah'. Kerjanya di departemen pemerintah dan berurusan dengan proyek. Ia panitia proyek. Pernah dengan jelas ia ngomong ke saya. Proyek itu mau dibuat peraturan bagaimanamun tetap bisa diakali. Kata dia, bukan rahasia lagi bahwa pemenang tender sudah ketahuan di depan.

Mungkin para pemeriksa proyek sudah tahu, tapi pura-pura tidak tahu, katanya. Semua proyek harus diumumkan di media massa. Nah, trik dan tipsnya untuk mengelabui banyak pemain proyek, pengumuman dilakukan di koran yang tidak terkenal, atau melalui radio pada jam-jam malam di mana sebagian besar sudah tidur.

Saya pernah bertanya, "Bukannya sekarang pemerintah bekerja sama dengan koran-koran tertentu untuk mengumumkan proyek di koran itu?" Dia bilang, itupun bukan berarti tidak bisa diatur. Bisa dibilang semua peserta tender sudah saling kenal. Di antara mereka ada aturan bahwa pemenang yg sudah ditentukan sejak awal akan dibiarkan menang. Mereka akan bertindak sebagai pendamping. Tentu saja bukan berarti itu dengan ikhlas. Mereka dapat fee pendamping. Jangan heran kalau banyak orang yang punya lebih dari satu perusahaan, ngakunya kerja proyek pemerintah, tapi tidak pernah kelihatan di mana proyeknya, tapi hidupnya tetap bergelimang harta.

Saya bilang ke teman ini, "Itu bukannya curang dan korupsi?" Dia jawab enteng, korupsi itu kalau tidak sesuai aturan perundangan. Ini kan sesuai. Prosesnya aja yang kita atur. Lagian, susah mau kaya kalau tidak curang di jaman sekarang!

------------ ----

Dear Milisters, teman yang ini juga BERSELIMUT! Dia berselimut kecurangan. Ini cocok dengan tulisan Ahmad Deedat penulis The Choise. Segala sesuatu yang dari akal hanya akan menggelitik akal. Tapi kalau datangnya dari hati juga akan menggetarkan hati. Teman saya ini, sama juga, BERSELIMUT!

------------ -----

Dear Milisters,

Tolong baca DISCLAIMER berikut:

Tulisan ini semata-mata berkisah tentang teman saya. Apakah teman saya ini nyata atau fiktif, biarlah itu menjadi rahasia saya dan selain saya hanya ALLAH SWT yang Maha Mengetahui.

Kalau sekiranya anda Milister ada yang termasuk teman saya dan kisah di atas mirip dengan kisah anda, maka bisa jadi itu anda. Maka Anda adalah orang yang BERSELIMUT!

Kalau sekiranya anda Milister bukan teman saya tapi kisah anda mirip dengan kisah di atas, maka pasti itu bukan anda. Tapi tidak mengapa, meskipun anda bukan teman saya, tapi kisah anda mirip dengan kisah di atas, tetap saja, Anda adalah orang yang BERSELIMUT!

Kalau sekiranya anda Milister adalah teman saya atau bukan teman saya, dan kisah di atas tidak mirip dengan kisah di atas, jangan senang dulu, karena bisa saja Anda tetap tergolong orang yang BERSELIMUT!

Mungkin kisah Anda lain. Mungkin kisah anda seperti kisah-kisah di bawah ini:

- Anda marah terhadap sesuatu, dan anda terus saja marah. Anda tidak puas kalau anda tidak melampiaskan kemarahan, seakan tiada kata maaf dalam kamus anda. Maka anda adalah orang BERSELIMUT.

- Anda miskin dibandingkan orang sekitar anda, dan anda terus meratapi kemiskinan. Anda sibuk memelototi orang kaya sementara anda sendiri tidak mau bekerja atau berusaha untuk keluar dari kemiskinan. Maka anda adalah orang BERSELIMUT.

- Anda adalah anggota dari suatu bangsa. Bangsa anda tergolong bodoh dan terbelakang. Tapi bangsa anda tidak mau belajar dan mengapresiasi usaha bangsa lain. Bangsa anda terus gontok-gontokan. Maka Bangsa anda adalah BANGSA yang BERSELIMUT!

- Anda sudah mendapatkan 3 contoh lain tentang orang berselimut. Tapi Anda masih juga belum mengerti apa arti orang berselimut itu. Maka pikiran anda itu BERSELIMUT!

------------ ---

Tolong baca DISCLAMER ini masih berlanjut.

Kalau Anda, Keluarga Anda, Teman Anda, Pemerintah Anda, Bangsa Anda, Umat Anda, atau siapa saja tergolong BERSELIMUT, maka sebaiknya Anda dengar seruan berikut:

"Hai, Orang yang BERSELIMUT!"
"BANGUNLAH! Lalu beri PERINGATAN!"

Quran Surah 74 (1-2)

Anda, yang tergolong BERSELIMUT, tidak akan berdiri, dan keluar dari SELIMUT anda, apabila anda TIDAK BANGUN/BANGKIT!

Kalau selimut anda KEMISKINAN, bangunlah, ingatkan diri anda bahwa anda tidak akan kaya apabila tidak bangun dan mengerjakan sesuatu.

Kalau selimut anda adalah KEMALASAN, bangunlah, ingatkan diri anda bahwa satu-satunya cara anda harus rajin.

Kalau selimut anda adalah KEBODOHAN, bangunlah, ingatkan diri anda bahwa tidak mungkin keluar dari kebodohan tanpa belajar.

Kalau selimut anda adalah KECURANGAN, bangunlah, peringatkan diri anda bahwa keuntungan dari kecurangan bukanlah keuntungan sebenarnya, malah kerugian bagi anda.

Kalau selimut bangsa anda ini adalah SALING TUDING, SALING SIKUT, SALING FITNAH, SALING DORONG, dan berbagai SALING yang lain, BANGUNLAH! Ingatkan bangsa anda bahwa itu tidak menyelesaikan masalah. Jangan pernah harap padi kalau anda tanam rumput. Jangan harap hasil bagus kalau bukan niatnya baik.

------------ ---

DISCLAIMER terakhir:

Jika anda orang Gorontalo, atau bukan orang Gorontalo, tinggal di Gorontalo atau bukan di Gorontalo, berbahasa Gorontalo atau tidak berbahasa Gorontalo, pengunjung tetap GM2020 atau bukan pengunjung tetap GM2020,

dan anda BERSELIMUT,

BANGUNGLAH! dan BERI PERINGATAN!

12 Juli, 2007

Menciptakan v Menemukan


Tulisan ini adalah postingan saya di GM2020 tanggal 3 Juli 2007 dengan subjek Bicara Matematika dalam Al Quran. Di sini judulnya saya ubah supaya lebih relevan.

**********

Bismillahirrahmaani rrahiim..

Ini topik 'ana suka. Sepanjang 'ana belajar, baik itu belajar secara de facto maupun de yure, 'ana perhatikan bahwa ada dua kata yang terdoktrin di kepala 'ana dan mungkin banyak orang lain. Bila kedua kata ini disebut, pikiran 'ana, dan kemungkinan besar pikiran banyak orang akan langsung tertuju pada para ilmuwan.

Kedua kata itu adalah "Menciptakan" dan "Menemukan".

"Men-cipta-kan" kata dasarnya adalah CIPTA. Barangkali kalo 'ana sebut dalam allugathul Inggrisiyah- nya, sama dengan "To Create". 'Ana tidak mau menambah arti yang lebih detail karena 'ana tidak punya kamus bahasa di depan 'ana sekarang. 'Ana asumsi bahwa pembaca sekalian mengerti yang 'ana maksud. Kalau tidak mengerti, mengertilah!

"Menemukan" kata dasarnya TEMU. Barangkali kalo 'ana sebut dalam allugathul Inggrisiyah- nya, sama dengan "To Invent" (Catatan: karena dalam kasus ini 'ana bicara tentang penemuan oleh para ilmuwan). 'Ana sekali lagi tidak mau menambah arti yang lebih detail karena 'ana tidak punya kamus bahasa di depan 'ana sekarang. Asumsi 'ana masih sama bahwa pembaca sekalian mengerti yang 'ana maksud. Kembali lagi, kalau tidak mengerti, mengertilah!

Dalam hemat 'ana, menciptakan itu cenderung kepada mengadakan sesuatu yang tadinya tidak ada menjadi ada. Jadi masih menurut 'ana, kalau ada kalimat:

"Thomas Alpha Edison menciptakan Bola Lampu",

Itu berarti Edison mengadakan Bola Lampu dari yang tidak ada menjadi ada.

Untuk tujuan yang sama, kalau 'ana bilang:

"Thomas Alpha Edison menemukan Bola Lampu",

Itu berarti Bola Lampu pada dasarnya dari sononya sudah ada. Edison, hanya menemukan jalan untuk mempertemukan berbagai bahan melalui eksperimen, yang akhirnya membuatkan kombinasi tepat dari berbagai bahan/alat/materi, jadilah sesuatu yang dinamai Bola Lampu.

Sebagai seorang Muslim, yang diharuskan berpegang pada Al-Qiran dan As-Sunnah, baru belakangan ini 'ana sadar akan perbedaan signifikan dari penggunaan kedua kata tersebut.

Kata "Menciptakan" itu tentu memiliki makna. Bagi 'ana, kata ini wajib dan hanya wajib diperuntukkan kepada Allah SWT Sang Pencipta. Ada kata lain yang memilki makna yang sama dengan ini dalam allughatul Indonesiyah kita ini, yaitu "Menjadikan" .

"Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu. ......... "
"Dia Yang menjadikan bumi........ ......... .."

Kedua penggalan ayat sebagai referensi di atas terdapat dalam ayat berurutan 21-22 QS Al-Baqarah.

Beda Menciptakan dan Menemukan

Sebagai orang yang percaya bahwa segala sesuatu adalah CIPTA-an Allah SWT, maka 'ana tidak melihat ada kemungkinan di mana manusia bisa berada sejajar dengan Sang Pencipta. Oleh karenanya, apapun prestasi ilmiah yang dicapai oleh seorang ilmuwan, 'ana bertekekad, sekaligus 'ana mengajak pembaca sekalian untuk juga bertekad untuk tidak memberi gelar kepada ilmuwan siapapun sebagai PENCIPTA (CREATOR) atas prestasi ilmiah yang telah dibuatnya. Untuk itu, 'ana mengusulkan untuk kita konsisten menggunakan kata PENEMU (INVENTOR).

Einstein adalah penemu E=MC2. Begitu juga semua ilmuwan yang menemukan penemuan lain yang diinspirasi oleh temuan Einstein ini 'ana sebut sebagai penemu saja.

Einstein tidak menciptakan Energi dan Massa.

Thomas Alpha Edison seperti yang 'ana cerita di atas juga penemu Bola Lampu. Edison menemukan kombinasi yang tepat dari berbagai alat maupun bahan yang diolah sedemikian rupa sehingga menghasilkan produk turunan yaitu Bola Lampu.

Ummat Islam berpotensi sebagai Penemu (lebih dari itu menjadi Penemu Besar)

Ummat Islam itu sudah banyak kecolongan. Kenapa 'ana bilang begitu? Para ilmuwan non-Islam, apalagi yang tidak mengenal dan tidak pernah membaca Al-Quran, mesti bersusah payah mencari ide penemuan. Bahasa awamnya, setiap bangun pagi, para ilmuwan non-Islam akan mulai dengan berpikir "Apalagi yang harus saya temukan hari ini?"

Adapun ilmuwan-ilmuwan Islam dalam hemat 'ana, telah diberkahi oleh The Real Creator Allah SWT dengan ide-ide penemuan yang jika difollow-up akan membawa ke berbagai penemuan dari kecil hingga yang besar. Agak sulit bagi 'ana untuk mengetahui kriteria penemuan terbesar itu seperti apa. Sebab, menurut The Real Creator sendiri, ilmu yang diberikan oleh-Nya kepada manusia itu, pada dasarnya bagai setitik atom di tengah lautan ilmu (bahkan tidak ada kata yang bisa menggambarkan kebesaran ilmu The Real Creator).

Mari 'ana angkat ayat di Quran, Surat 30: 23.

Di sini Allah SWT memberi petunjuk, bahwa Ia sebagai The Real Creator telah menjadikan malam itu untuk kita tidur beristirahat, dan siang untuk berusaha/kerja.

Melalui ayat ini saja, banyak ide penemuan yang bisa muncul:

1. Apa itu malam, dan apa itu siang? Bagaimana proses pergantiannya.

2. Mengapa malam itu membuat manusia tidur? Apa ada koneksi antara gelapnya malam dengan sesuatu di dalam tubuh manusia sehingga setiap kali malam tiba manusia akan merasa ngantuk dan akan pergi tidur?

3. Pertanyaan 2 di atas juga bisa diterapkan untuk berbagai penemuan mengenai siang.

4. Apa akibat kalau manusia memutarbalikkan kondisi, di mana malam dia kerja, siang dia tidur? Adakah konsekuensi biologisnya? Adakah konsekuensi sosialnya? Adakah konsekuansi ekonominya? De el el

5. Apakah kalau saat ini malam di Gorontalo, di tempat lain juga dalam kondisi malam? Pertanyaan yang sama bisa diaplikasikan untuk siang. Kalau tidak, bagaiaman suatu tempat yang dalam kondisi malam dan tempat yang lain dalam kondisi siang saling berhubungan?

Pertanyaan di atas kalau 'ana lanjutkan bisa banyak sekali. Padahal itu baru inspirasi dari 1 ayat di atas.

Padahal, ilmuwan itu adalah orang-orang yang berpikir. Dan orang-orang yang berpikir ini lebih dahulu ditantang di banyak tempat dalam Al-Quran bahwa kalau mereka betul-betul berpikir, mereka akan menjumpai tanda-tanda kekuasaan Allah SWT.

Jadi, kalau kita mau bicara matematika dalam Quran, penemuan kita atas suatu hal yang berhubungan dengan ilmu ini akan terus membawa kita ke penemuan yang lain.

Doa 'ana adalah, semoga para ilmuwan, khususnya ilmuwan muslim, setelah menemukan sesuatu, sadah bahwa mereka baru saja menemukan sesuatu yang memperlihatkan tanda-tanda kebesaran/kekuasaan Allah SWT. Kalau ini mereka resapi, Insya Allah tidak akan ada penemuan yang membawa kerusakan di muka bumi. Para ilmuwan itu akan semakin merunduk seperti padi karena berisi. Faktanya, padi itupun yang semakin berisi, semakin merunduk karena memang patuh kepada Sunnatullah. Bukan cuman padi, coba saja lihat jenis-jenis pohon buah yang lain, semuanya ketika semakin berisi akan semakin merunduk. 'Ana pikir ini jelas adalah satu lagi tanda-tanda kekuasaan Allah SWT.

Adakah yang mau bicara topik lain selain matematika dalam Al Quran?

Yang digoyang digoyang yang.....


Tulisan ini adalah postingan saya di GM2020 tanggal 10 Juli 2007


***********


Anak tersayang,"Papa tunggu mau isi air ke botol ini dulu yah"
Papa,"Iya nak. Cepat yah, panas nih"

10 menit berlalu
Papa,"Nak, kalau botolnya kamu goyang-goyangin begitu, kapan penuhnya. Itu yang masuk malah sedikit sekali"
Anak tersayang,"Nggak apa-apa deh papa. Kan sambil maen"
Papa,"Lho memangnya tujuan kamu apa?"
Anak tersayang,"Masukin air ke botol....... .."

30 menit berlalu. Sinar matahari semakin terik.
Papa,"Nak, sudah 30menit. Botolnya nggak bakalan penuh kalau kamu goyang-goyangin begitu"
Anak tersayang,"Yee papa kan sudah dibilangin, cuman mau masukin air ke botol"

Sejam berlalu. Matahari lagi di puncak. Panaaaas betul. Anak tersyang tiba-tiba haus. Air di dalam botol 1cm pun belum nyampe tingginya. Botol masih juga digoyang-goyangkan. Tiba-tiba hausnya tidak tertahan lagi. Tapi........ ......air tiba-tiba mati!
Anak tersyang,"Papa! Airnya mati. Hauuuus!"
Papa,"Lho, kan di botolmu ada air?"
Anak tersayang,"Airnya sedikit sekali!"
Papa,"Memangnya sekarang kamu mau air untuk apa?"
Anak tersyang,"Minuuuumm mm....... ......... .....!"
Papa,"...... ......... ......... ......... ..."

------------ --------- ---------

Kalau anda jadi papa bagaimana? Bingung kan? Sudahlah. Tidak usah bingung.

Samping kiri kanan muka belakang saya banyak kejadian begitu kok. Katanya belajar. Tapi tidak serius. Iya sih, belajar itu seperti masukin air ke botol. Botol digoyang-goyang sekalipun airnya tetap masuk. Pertanyaannya masuk berapa banyak?

Eh, mungkin di Gorontalo juga begitu kali ya? Tampak depannya sih pada membangun. Kelihatannya giat sangat pula. Keringat bercucuran. Bagus aja kalau sementara tidak makan. Soalnya di Makassar banyak terbaliknya. Giliran kerja aja adem ayem tidak berkeringat dijamin bebas daki, giliran makan kayak pemadam kebakaran. Air keringatnya meleleh-leleh. Orang Bugis bilang 'erok ande tea eco!" Hahaha.....

Trus tampak belakang gimana? Mudah-mudahan baguus. Jangan sampai botolnya goyang-goyang.

"Bung Ir1 sudahlah. Anda ini kok protes terus?! Kalau botolnya goyang-goyang yang penting airnya masuk!"

"Ya uwes....aku mengalah deh. Botolnya lebih digoyang aja lagi. Biar dinamis gitu."

Lha, teori membangun ya begitu itu Bung Ir1! Step by step. One at a time. You must get the feel. Enjoy while you can.

Goblok! Emang siapa yang minta membangun itu dalam semalam? Emang kisah Tangkuban Perahu? Bolak balik telapak tangan?

Tanya contoh kasus? Itu entah kapan terakhir ke Gorontalo saya ke gunung-gunung daerah kwandang. Kaguuuum. Pembangunan jalan terus lho. Sampai ke puncak gunung lagi. Makanya gunungnya gundul. Atas nama pembangunan pohon jadi korban. Itu dia tuh kalo pembangunan pake atas nama. Kenapa tidak sekalian balik nama saja? Jangan bilang pembangunan, tapi penggundulan.

Eh Bung Ir1, tapi Gorontalo terkenal lho. Seantero nusantara Gubernurnya paling banyak bicara di TV. Berapa kali diisukan jadi menteri. Propinsi lain mana begitu?

Yeee, anda telmi. Gubernur propinsi lain bicara tidak di TV. Tapi di depan rakyat. Kalo isu mau jadi menteri, itu karena wartawan TV di propinsi lain lagi sibuk aja jadi tidak bisa terima amplop pak Gubernur untuk bikin isu.

Trus gimana dong? Ya mau gimana lagi? Botolnya digoyang aja terus. Kalau perlu pakai irama biar berseni gitu. Kan ada lagunya...yang digoyang digoyang yang......

Susah nih tulisan Bung Ir1.
Ya emang susah! Kalau mau gampang, itu botol jangan digoyang uti. Eh, asal ngana tau aja, itu botol ngana tidak goyang saja, di bawahnya ada yang bocorin. Air jatuh melulu. Apalagi kalo ngana goyang. Sabantar kalo ngana so haus air juga pada kering ngana tau rasa lho ya. Kalo nanti ngana haus, ngana minum uap air sana!

Penakut v Pengecut


Penakut v Pengecut adalah tulisan saya menanggapi keputusan moderator atas di-ban nya salah seorang anggora milis GorontaloMaju2020 (GM2020). Beberapa waktu sebelumnya seorang anggota berulah tidak baik sehingga saya menuntut ybs untuk di-ban dari keanggaotaan milis.

Pro dan kontra tentu saja terjadi. Awalnya, saya dapat kesan bahwa saya sendirian menuntut orang ini supaya di-ban. Walaupun melalui Yahoo Messanger banyak orang terang-terangan mendukung.

Sebenarnya orang itu sudah saya maafkan. Paling tidak saya mencoba menjalankan perintah agama bahwa dalam melakukan sesuatu janganlah berlebih-lebihan. Maka dalam counter posting dari masukan seorang member, saya menulis postingan yang ingin melupakan kasus ini. Saya beri subjek "sudahlah.....". Kenyataannya tanggapan dari yang bersangkutan di luar dugaan bagi saya bersifat provokatif.

Tidak disangka seorang member lain muncul dengan ketegasan. Ancamannya, "Kalau bukan orang ini dikeluarkan, saya yang akan keluar!"

Saya kagum dengan ancaman member ini yang tidak setengah-setengah demi memperjuangkan kebenaran. Akhirnya, saya reply posting di ancaman dia, saya bilang, saya ngikut.

Seru juga karena dateline yang kami berikan hingga tengah malam tgl 11 Juli 2007 kemarin. Saya bilang ke member itu, "Deg-degan juga menunggu ajal keanggotaan di mailist ini. Jangan lupa baca syahadat."

Alhamdulillah, tim moderator yang dipimpin seorang adinda yang sedang belajar di USA akhirnya memutuskan mem-ban orang yang kami permasalahkan.

Setiba di kantor, melihat keputusan itu, saya posting komentar di bawah.

-------------------------------------

Assalaamu alaikum wr wb,


Alhamdulillah.

Pagi ini saya mau mulai dengan diam. Diam tapi ribut! Yang ribut cuman jari-jari saya. Soalnya persis di jalan depan kantor saya tadi ada tulisan bosar-bosar "Ssst! Jangan ribut! Ada galian!"

Moderator terima kasih. Statement bahwa anda mem-ban 1 member bukan karena 2 "krucil" sudah benar. Dan kepada member yg bertanya siapa menang siapa kalah, jawaban saya, pertanyaan itu tidak relevan dan signifikan. Pertanyaan itu hanya buat di Republik Mimpi yang sekarang sedang berduka karena Presidennya berpulang. Kita berdoa semoga saudara muslim kita yang berpulang ini mendapat ganjaran yang baik di sisi Allah SWT.

Para moderators adalah orang-orang biasa meminjam istilah Pak Agung Mozin. Mereka adalah "para penakut" (Cat: bacanya jangan berhenti di sini yah. Kalo berhenti di sini ana dapat masalah besar nanti)

Ada kasus yang lebih parah. Terjadinya di negara bagian Republik Mimpi, namanya Republik Mimpi Basah. Penduduknya hobinya mandi subuh-subuh. Wajar juga kalau mereka suka mandi subuh-subuh. Mereka banyak kotornya sih. Masak para penakut dibilang pengecut.

Penakut sama pengecut bedanya opo toh?! (baca dengan logat Tukul pls).

Gini mas. Takut itu ya takut. Kalo sampeyan ora ngerti artine, berarti sampeyan Wong Deso. Iyo toh? Lha kalo pengecut itu adalah takut ora pada tempatne.

Saya jadi ingat teman saya. Tampangnya aja gokil. Tapi kata-katanya choi, bahasa Indonesia yang baik dan berhikmah!

Katanya dia, dulu dia pernah dapat insentif jalan-jalan ke Malaysia dari kantornya. Nggak Malaysia dong kalau tidak ke Genting Highland.... kata banyak orang. Tentu dia juga ke sana karena dari kantor sudah disusun begitu. Cerita dia, Genting Highland itu yah Las Vegasnya Malaysia (wallahu a'lam karena ana blm pernah ke dua tempat itu). Waktu saya tanya bagaimana tampak dan rasanya masuk Casino, kata dia, "Aku nggak masuk." Lho kok tidak? Sayang kan mumpung gratis dibayarin. Kata dia,"Iya mumpung gratis, tapi saya takut! Kalo pas lagi di dalam saya tiba-tiba kena stroke dan mati, gimana? Namanya saya mati konyol. Bukan khusnul khatimah!"

Ini dia mental para penakut. Mental yang sesungguhnya berani! Takut pada tempatnya. Coba kalau negara kita penuh dengan orang-orang takut yang pada tempatnya seperti para moderators. Bukan justru takut tidak pada tempatnya, setali tiga uang berani juga tidak pada tempatnya.

Bang, Bing, Bung! Orang takut itu berani. Kalau tidak percaya coba sampeyan puasa. Puasa itu tanggung jawabnya langsung dengan Sang Khalik. Puasanya orang pengecut penuh kebimbangan. Wah, gimana kalau saya puasa hari ini ada rekan bisnis dari luar negeri mesti dientertain siang-siang ginama dong? Padahal bisnis ini 'em-em'-an lho. Atau bimbang karena lapar. Gimana kalau saya puasa ntar tubuhku pada merosot. Termasuk tai lalatku. Padahal ini hoki lho.

Hihihi....pengecut itu lucu. Beraninya tidak pada levelnya. Badannya kelas berat maunya ikut bertanding di kelas bulu. Sudah gitu bulu hidung pula...hahaha

Well....saudara, saudari, dan sederet sodoro......

Kalau mau takut mesti liat-liat. Kalau takutnya di tempat yang salah, nanti jadi pengecut.

By the way, anda tau tidak saya tulis ini tentang siapa? Itu.....si daeng becak depan kantor, badannya segede gondoruwo, dadanya penuh bulu abis rebonding, ototnya sekeras kabel, kalo habis makan tusuk giginya badik bertuah, takutnya.... ......... ..sama kecoa! Hahaha....daeng. ...daeng. ...

Customer Satisfaction dalam Al Quran


Bismillahirrahmaanirrahim,


Al Walid bin Al Mughirah adalah salah seorang petinggi bangsa Quaraisy dari Bani Makhzum yang sangat konsisten mencemooh Rasululah SAW hingga ia dimatikan Allah SWT dalam kondisi mengenaskan.

Suatu saat Rasulullah SAW berkesempatan bertemu Al Walid bin Al Mughirah dan Beliau berpikir waktunya sangat tepat untuk mendakwahi pencemooh bebuyutan Beliau ini. Beliau berharap bahwa dengan begitu Al Walid bin Al Mughirah terbuka hatinya untuk masuk Islam.

Ketika Nabi SAW sedang berbicara dengan Al Walid bin Al Mughirah lewat seorang buta muslim bernama Ibnu Ummi Maktum yang menyela pembicaraan Beliau. Ibnu Ummi Maktum meminta Rasulullah SAW mengajarkannya bacaan Al Quran.

Rasulullah SAW merasa kesal dengan ulah Ibnu Ummi Maktum. Beliau merasa bahwa berdakwah terhadap Al Walid bin Al Mughirah adalah jauh lebih penting. Rasulullah SAW bermuka masam karena tidak senang. Beliau bahkan tidak meladeni permintaan Ibnu Ummi Maktum walaupun orang buta ini meminta berkali-kali.

(Sumber: Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Hal 326-327, dengan modifikasi dari saya)

----------------

Berlatar belakang kejadian tersebut di atas, Allah SWT menurunkan ayat:

1. Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling

2. karena telah datang seorang buta kepadanya

3. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa)

4. atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?

5. Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup,

6. maka kamu melayaninya

7. Padahal tidak ada (celaan) atas kamu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman)

8. Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran)

9. sedang ia takut kepada (Allah),

10. maka kamu mengabaikannya.

11. Sekali-sekali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan,

12. maka barangsiapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya,

13. di dalam kitab-kitab yang dimuliakan

14. Yang ditinggikan lagi disucikan

QS Abasa: 1- 14

-----------------

Kisah di atas mungkin pernah kita dengar. Moral yang terkandung di dalam surah tersebut juga mungkin sering dibawakan oleh para pendakwah Islam. Tapi ada satu tinjauan yang luput dari perhatian. Bahkan tinjauan yang satu ini sangat relevan dengan kehidupan terkini. Saya menyebutnya Customer Satisfaction dalam Al Quran. Saya coba menuliskannya untuk pembaca.

Customer Satisfaction dalam Al Quran

Ibnu Ummi Maktum dalam kisah di atas sudah berstatus Islam. Ia adalah "Pelanggan/Konsumen" dari ajaran-ajaran Islam yang 'dijajakan' oleh Rasulullah SAW.

Al Walid bin Al Mughirah masih berstatus kafir. Ia ketika itu oleh Rasulullah SAW bermaksud untuk didakwahi. Ia baru berstatus "Calon Pelanggan/Konsumen".

Surah Abasa 1-14 di atas selain menegur Rasulullah SAW atas sikapnya, juga mengajarkan kepada Beliau, sekaligus kepada kita semua ummatnya, betapa Pelanggan/Konsumen itu adalah sangat penting. Juga, bahwa Pelanggan/Konsumen itu memiliki nilai lebih dibandingkan jika masih berstatus Calon Pelanggan/Konsumen.

Nilai-nilai untuk menempatkan Pelanggan/Konsumen pada posisi penting ini baru 1500 tahun kemudian disadari dan diagung-agungkan oleh manusia 'moderen'.

Mari kita bedah bagaimana timbang penting antara keduanya.

AL WALID BI AL MUGHIRAH (Calon Pelanggan)



  • 'tidak ada (celaan) atasmu kalau ia tidak membersihkan diri'........Calon Pelanggan itu baru calon. Ia belum pernah membeli. Kalaupun setelah anda melayaninya dia tidak membeli, anda tidak kehilangan apa-apa (tidak ada kerugian ril yang timbul)

IBNU UMMI MAKTUM (Pelanggan)



  • 'barangkali ia ingin membersihkan dirinya'........Pelanggan itu mungkin menghadapi kesulitan/hambatan dalam menggunakan produk/jasa yang kita jajakan. Untuk itu penting bagi produsen/penyedia jasa untuk memberi petunjuk yang benar. Menerangkan user manual agar tidak terjadi salah pemakaian. Kita bisa berhitung betapa besar potensi kerugian bila terjadi kesalahan pemakaian atas produk/jasa yang kita jual



  • 'dia ingin mendapatkan pengajaran'........Orang-orang pemasaran umumnya mengerti, bahwa melakukan cross-selling terhadap existing customer jauh lebih mudah dan murah dibandingkan terhadap New Prospect (calon pelanggan baru). Tidak heran kalau banyak perusahaan menyusun database pelanggan mereka dengan konsisten dan disiplin mengirimkan katalog produk/jasa mereka



  • 'barangsiapa menghendaki, tentulah ia memperhatikannya'........Anda tahu bagaimana kalau seorang pelanggan puas terhadap produk/jasa anda? Ia akan menjadi seorang fanatic customer. Ia akan menjadi agent of marketing/selling anda yang paling efektif dan efisien. Gratis lagi!

Ajaran tentang customer satisfaction dari Surah Abasa 1-14 di atas tidak berhenti sampai di situ. Mungkin anda bertanya. Kok ada satu poin yang tidak relevan dengan paham customer satisfaction dewasa ini? Seakan-akan bahwa kita cukup memaksimalkan pelayanan terhadap existing customer saja dan pelayanan secukupnya saja bagi new prospect.

Coba anda perhatikan ayat:

'karena telah datang seorang buta kepadanya',

dan ayat

'Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya'

'seorang buta' dan 'serba cukup' tentu sudah sangat lengkap dalam memberi gambaran kepada kita bahwa kita berhadapan dengan berbagai karakteristik stakeholder. Dari sisi pembeli, kita berhadapan dengan existing customer dan new prospect. Dari kedua ini pun, latar belakang mereka juga berbeda. Ada yang skalanya besar, adapula yang kecil. Ada yang high profile, adapula yang sebaliknya, low profile. Bagaimanapun itu QS Abasa 1-14 memberi pedoman:

'........maka kamu mengabaikannya. sekali-sekali jangan (demikian)!'

Penggalan ayat di atas tersusun dalam sistematika yang sangat bagus. 'maka kamu mengabaikannya' menunjukkan kondisi banyak penyedia produk/jasa yang salah dalam menangani pelanggan mereka. Mereka mengabaikannya. SOP yang diberikan adalah jelas, 'sekali-sekali jangan (demikian)'!

Kesimpulan

Tinjauan 'Kepuasan Pelanggan' dalam QS Abasa 1-14

Seorang pelanggan yang selama ini telah menggunakan produk/jasa kita harus kita layani dengan sebaik-baiknya. Pelayanan prima terhadap pelanggan yang ada meliputi:



  1. Pemberian informasi yang benar atas produk/jasa yang telah dijual

  2. Pemberian informasi atas produk/jasa lain yang dimiliki oleh perusahaan untuk memungkinkan terjadinya cross selling

Kedua jenis pelayanan di atas, apabila dilakukan secara konsisten, akan menghasilkan pelanggan fanatik yang kelak akan bertindak sebagai duta perusahaan. Dalam melayani/memuaskan pelanggan, harus dilakukan secara ikhlas/sepenuh hati tanpa membeda-bedakan latar belakangnya. Pembeda-bedaan bukan saja kontra produktif, tapi bisa mendatangkan kerugian bagi perusahaan. Sekali-sekali jangan demikian!

11 Juli, 2007

Piramida Batu vs Piramida Bambu


Kekaguman saya akan piramida firaun di Mesir sudah lama. Sayang saya tidak tahu banyak tentang piramida ini. Apalagi dari segi teknik, saya buta hal-hal yang berbau teknik sipil.

Tapi dari sedikit yang saya ketahui itu cukup mengajarkan banyak hal.

Piramida firaun mesir bahannya batu. Ukurannya besar dan beratnya tidak diragukan lagi tergolong “sangat berat”. Misteri bagaimana membangunnya menjadi lebih mengundang pertanyaan kalau kita lihat banyaknya jumlah batu yang harus dipakai. Pertanyaan tidak berhenti sebab ukuran bangunan yang begitu besar dan tinggi, membuat kita bertanya lagi, bagaimana menaikkan batu seberat itu ke susunan yang lebih tinggi?

Tapi kenyataannya bahwa piramida firaun Mesir berdiri kokoh hingga sekarang. Meninggalkan tanda-tanda bagi kita untuk membaca kekuasaan Allah SWT.

Dari ke-”sedikitan” pengetahuan akan piramida firaun mesir itu, ternyata ”penampakan” hikmah di baliknya tidak serta merta sedikit. Berikut apa yang saya lihat muncul itu.

Firaun itu adalah raja besar di jamannya. Ia berkelebihan. Ia berlebih dalam kepemilikan. Ia berlebih dalam kekuasaan. Ia bergelimang kekayaan di jamannya. Rakyatnya tunduk atas perintahnya. Bahkan ia pun mengklaim diri sebagai tuhan. Saking berlebihannya dia.

Ke-”berlebihan” firaun membuatnya berpikir bahwa sumber daya itu tidak ada nilainya. Membuang yang banyak, dia masih tetap punya lebih banyak. Makanya ia pikir tidak ada yang sulit. Kalau ia mau tinggal bilang. Rakyatnya, mau tidak mau harus mau. Makanya belakangan ia menganggap diri sebagai Tuhan. Dia punya versi sendiri tentang "Kun, fayakun".

Piramida batu firaun bisa terbangun dengan filosofi berlebihan firaun ini. Batu, yang notabene mewakili bahan bangunan terbaik dan termahal di kala itu, berapapun dan dari manapun diadakan. Tenaga kerja, tentu saja manusia, berapapun jumlah orangnya disediakan. Kalau ada yang mati selama proses kerja, tidak masalah, toh mereka hanya alat, begitu dari sudut pandang firaun.

Hasilnya, piramida batu yang kokoh bahkan hingga jaman moderen.

----------------------

Setelah terkagum-kagum dengan piramida batu firaun, pikiran saya menerawang ke sesuatu yang sedikit banyak berlawanan dari segi filosofi. Bagaimana kalau kita bangun piramida bambu?

Bentuknya sama persis dengan piramida batu – mungkin kalau saya tulis bentuk piramida saja anda sudah mengerti. Piramida ini sesuai namanya berbahan bambu. Tentu saja kekuatannya bukan tandingan piramida batu.

Bahan bambu adalah bahan yang murah. Mendapatkannya juga tidak susah. Ini jauh dari kesan berlebihan a la firaun. Bambu-bambu harus dipotong dalam ukuran tertentu, kemudian diikat satu sama lain sampai terbentuk formasi piramida yang kita mau.

----------------

Kalau kita sandingkan dua piramida ini, hanya bentuk piramidanya saja yang semua orang akan sepakat bahwa itu sama-sama piramida. Tapi yang lain, bagai bumi dan langit!


Bedah Piramida

Sekarang mari kita bedah kedua piramida ini. Di awal tulisan saya bilang banyak hikmah yang bisa ditarik. Berikut hasil bedah saya.

Piramida batu terbangun di atas perasaan sombong. Berlebihan. Mentang-mentang sumber daya yang ada dianggap berlimpah, maka pantaslah untuk dikorbankan. Atau kita boleh baca dihambur-hamburkan. Padahal piramida ini dibangun hanya untuk kesenangan penguasa. Makanya piramida ini juga identik dengan kekuasaan absolut. Kekuasaan yang pada akhirnya hancur ditelan laut.

Piramida bambu memiliki filosofi sebaliknya. Kalau dianggap piramida itu memang urgent untuk dibangun, maka pemilihan bahan baku bambu didasari oleh kesadaran bahwa sumber daya itu terbatas. Meskipun bahan bambu itu lemah dibanding batu, tapi bukan berarti tujuan mendirikan piramida dengan menggunakan bambu tidak bisa terwujud. Konsekuansinya tentu jelas. Piramida ini harus rajin diperiksa (dengan bahasa moderen ”di-maintain”). Untuk itu harus ada disiplin super yang menjamin bahwa unsur-unsur krusial piramida bambu tetap terjaga dan bisa berdiri kokoh. Pelanggaran atas kedisiplinan ini bisa berarti fatal.

Bangsa dan piramida

Dua jenis piramida di atas bisa kita analogikan dalam membaca perilaku sebuah bangsa.

Singapura itu miskin pada dasarnya. Saya lupa edisi kapan, tapi pernah harian Kompas memuat foto Singapura jaman dulu. Waktu lihat foto itu, sungguh mati saya pikir foto itu foto pasar sentral Makassar tempo doeloe. Kalau anda ingat bagaimana Singapura megap-megap waktu pemerintah kita larang ekspor pasir ke sana, itu bukti lain bagaimana Singapura yang pasir saja tidak punya.

Tapi Singapura itu sadar kalau mereka miskin. Mereka tahu mereka tidak bisa berlebihan. Mereka tahu bahwa kalau mau maju harus ikut aturan, dengan kata lain disiplin. Makanya jangan heran kalau Singapura adalah salah satu kota terbanyak dan terkeras aturannya di dunia.

Sekarang anda tahu sendiri. Ke mana lagi para jutawan Indonesia menghabiskan sore harinya dan pulang ke rumah di malam hari kalau bukan di Singapura? Di mana pula perusahaan-perusahaan raksasa dunia membuka pusat perwakilan Asia Tenggara kalau bukan di kota singa ini?

Jepang juga negara miskin. Kalau ini saya pribadi sebagai saksi. Saya pernah hindup di negeri matahari terbit ini dan menyaksikan betapa sebenarnya negara ini miskin. Luas wilayahnya jauh di bawah Indonesia. Hasil buminya apa lagi. Kondisi wilayah yang menjadi tempat banyak gunung berapi aktif ini mengenaskan. Sebentar-sebentar gempa. Kata Tsunami adalah kosa kata dari negara ini begitu akrabnya mereka dengan berbagai kesulitan alami.

Tapi siapa tidak kenal Jepang yang disebut kekuatan ekonomi ke-2 terbesar di dunia setelah Amerika? Ini surga bagi TKI kita. Mereka bisa banting tulang cari duit di sini secara legal maupun illegal dan mereka dibayar mahal. Saya tidak tahu kalau di negara lain, tapi mungkin hanya di Jepang ini seorang mahasiswa yang akan pulang ke negaranya, itu saya sendiri ketika program belajar saya selesai, harus bersusah payah mencari orang yang mau menerima TV dan kulkasnya, dan ujung-ujungnya harus membuangnya karena orang lain (baca: mahasiswa lain) sudah pada punya.

Dua contoh negara yang ”pada dasarnya” miskin di atas mungkin cukup menggambarkan apa yang saya maksud dengan Filosofi Piramida Bambu. Mungkin prematur atau tidak ilimiah, tapi bagi saya cukuplah. Filosofi ini mengajarkan kepada saya bahwa dengan menyadari berbagai keterbatasan kita akan terpaksa dan akhirnya terbiasa untuk disiplin. Kita akan sangat menghargai sumber daya dan tidak berlebih-lebihan. Kita akan patuh pada aturan sebab melanggar aturan berarti mencari masalah, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Masalah yang beresiko merobohkan piramida kita sendiri.

Saya bukan tipe pesimis. Tapi pengamatan saya melihat bahwa bangsa kita terkena sindrom Piramida Batu. Kita terlena oleh kekayaan kita. Kita berpikir bahwa dengan kekayaan alam Indonesia sudah cukup untuk bersenang-senang. Kita sibuk melanggar aturan. Tindakan atas pelanggar hukum pun tebang pilih sesuai kepentingan penguasa. Kasus RMS di Ambon yang terjadi di depan presiden SBY belum lama ini kita ributkan dan saling cari siapa yang paling ’berhak’ disalahkan. Sementara kasus yang jelas-jelas sama di Papua melalui Konferensi Rakyat Papua yang mengeluarkan rekomendasi merdeka kita bilang harus dilihat secara bijaksana.

Mungkin sejarah firaun harus terulang. Bahwa firaun dan antek-anteknya harus ditelan laut dulu baru kita sadar. Entah bagaimana itu ditelan laut versi moderen ini. Tapi kalau setelah ditelan laut pun kita tidak sadar, bukan saja bahwa kita berfilosofi piramida batu, tapi kepala kita betul-betul sudah batu!

Catatan:

Gambar Piramida diambil dari www.monter.pl