23 Januari, 2008

Segalanya versi saya


Bismillah,

Andaikan semua di dunia ini sesuai versi saya, tentu segalanya akan begitu indah.

Saya tidak akan pernah cacat hukum. Seperti kisah seorang camat dalam berita koran terkenal di Makassar kemarin. Adalah para kepala dusun dan kepala desa yang membuat prestasi. Mereka bisa mengumpulkan PBB dari masyarakat sesuai target. Bahkan ada yang melebihi. Oleh karenanya, mereka berhak dapat reward. Bagus, kan? Di pemerintahan juga sudah berlaku sistem punishment and reward. Tapi apa yang seharusnya adalah seutuhnya reward, ujung-ujungnya adalah reward mengandung punishment. Hahaha. Lucu kan?

Bagaimana tidak. Para Kepala Dusun dan Kepala Desa mestinya menerima reward berupa sepeda motor. Gratis! Tanpa embel-embel.

Ternyata embel-embelnya tidak rela kalau tidak diikutkan. Atau tepatnya, ada yang tidak rela meninggalkan embel-embel yang selama ini memang bejubel. Itulah si Camat, atasan dari para Kepala Dusun dan Kepala Desa.

Oleh pak camat, Kepala Desa dan Kepala Dusun harus nyetor 4 juta rupiah baru bisa ngambil hadiah motornya.

Jelas saja pak camat disoroti. Tapi dasar pak camat, jangankan disoroti, diplototi saja dengan wajah garang dia anggap kentut busuk baunya berlalu, dia dengan tenang menjawab, “Lha, PBB itu masuk sesuai target karena saya talangi dengan dana pribadi. Sekarang, wajar dong kalau dana pribadi saya minta kembali.” Pak camatnya cool….man!

Benar, kan? Andaikan segalanya sesuai versi pak camat, dan saya juga begitu, segalanya sesuai versi saya, aahhh…lebih indah dari bercinta!

Satu versi itu saja sudah indah. Kalau ditambah dengan versi ini, indahnya berlipat ganda. Saya tidak bakalan pernah dituduh korupsi. Atau kolusi. Apatah lagi nepotisme. Benda apa pula itu? Toh segalanya sesuai versi saya. Seperti Pemerintah Kota Makassar. Lapangan Karebosi yang selama ini bisa kita sebut sebagai Central Park-nya Makassar sudah diketuk palu untuk direvitalisasi.

Yah sudahlah. Kalau itu bagus buat masyarakat, apalagi akan mendatangkan keuntungan financial, kita mengertilah. Tapi semengerti-mengertinya kita, apalagi kalau kita sudah merasa terpaksa dan dipaksa mengerti, mbok ya rasa pengertian ini dihargai. Malah harus dihargai tinggi! Jangan di-sale alias dihargai murah, apalagi kalau tidak dihargai.

Masak ‘kau yang mulai kau tidak mengakhiri’? Itu bertentangan dengan ‘kau yang mulai kau yang mengakhiri’ dong. Itu jadinya tidak biasa dong. Itu patut dicurigai dong. Jangan-jangan, ada daaang ding dong!

Revitalisasi lapangan karebos itu pake uang. Bukan uang receh, uang gede! Yang namanya pake uang, ada yang diuntungkan. Yang namanya ambil untung, yah harus sesuai aturan. Masak revitalisasi lapangan karebosi yang belum ada AMDAL-nya, kontsruksi sudah jalan duluan? Logika mana pula itu yang diputar balikkan?

Yah begitulah, Pemkot Makassar punya keyakinan tentang kebenaran versi mereka. Kalau seandainya saya juga begitu, segalanya sesuai versi saya, wah hidup ini seindah milik kita berdua, yang lain mah…ngontrak!

Makanya kata bapak saya, “Nak, dunia ini ada aturannya. Aturan dari yang bikin dunia. Begitu juga akhirat nanti. Kalau seandainya masuk surga itu segalanya sesuai versi bapak, maka kamu, mamakmu, saudaramu, sepupumu, om dan tantemu, semua orang yang bapak senangi, semua orang yang baik sama bapak, kalau perlu semua orang yang bapak kenal, semuanya akan masuk surga.”

Benar kata bapak saya. Sayang versi syarat masuk surga atau neraka bukan ditentukan oleh bapak saya. Tapi oleh Yang Empunya Surga dan Neraka.

Tapi, masak karena ‘seandainya’ itu tidak terpenuhi maka kita mau habiskan sisa hidup dengan terus berkata ‘sayang…’. Bodoh amat? Justru karena kita tau bahwa segalanya di dunia ini bukan sesuatu yang disesuaikan dengan versi kita, maka versi yang berlaku itu yang semestinya kita ikuti.

Versi itu versi universal. Versi itu versinya Allah SWT. Bukan cuman universal di dunia, tapi universal juga di kampung akhirat.

Jadi, syukurlah segala sesuatu di dunia ini bukan ditentukan oleh versi saya. Karena kalau itu yang berlaku, maka anda para wanita cantik, akan saya kutuk jadi kodok! Sampai suatu hari saya bertindak sebagai pangeran datang mencium bibir kodok anda, dan anda tiba-tiba berubah jadi permainsuri cantik. Dan kita berdua hidup happily ever after….aaahhh.

Weh! Bangun! Bangung! Sudah siang!!!!!