13 Juli, 2007

Mulai itu duluan, Mencapai impian belakangan!


Berikut adalah postingan saya di GM2020. Postingan ini menanggapi email seorang anggota milis tentang postingan saya sebelumnya, "Mulai dengan Memulai". Selamat membaca.


**********


Wassalam Bung Fadli,

Bismillah,

Bung, mulai itu duluan alias di depan.

Para motivator sekuler selalu menekankan, sebelum mulai tentukan target anda! Mereka bahkan berani berlebihan dengan mengatakan, buat target anda sejelas mungkin dalam bentuk hasil rupiah kalau itu rupiah, barang kalau itu barang, de el el kalau itu dll, dan tentukan waktunya secara spesifik, sebulankah, setahunkah, terserah. Saya dulu pengikut keras aliran ini bahkan mengajarkannya ke banyak orang. Tapi hasilnya, pernah sebulan penuh mesti bed rest akibat tifus, pernah menangis deras akibat maag, kena alergi akibat stress, dengan istri banyak berantemnya, de el el.

Padahal Muhammad SAW pembawa kalamullah berisi kalimat-kalimat motivasi numero uno! (baca=Number One, ini bukan salah seorang keluarga marga saya dan OH)

Innamal a'maalun binniyaat. Saya terjemahkan, ketika anda mulai, jangan pikir belakangnya dulu, tapi bikin depannya dulu. Yaitu tentukan niat anda...."masih ingat prinsip ini dipakai oleh para pekerja iklan dulu.."Gambar kuda kok buntutnya di depan?"...
Berniat harus baik. Agama kita mengharamkan anda berniat jelek. Makanya baru berniat baik saja kita sudah dapat ganjaran, sedangkan kalau berniat jelek, anda belum diganjar ketika belum terealisasi. Maknanya, Allah memberi kita kesempatan untuk senantiasa memperbaiki niat kita.

Nah, saya belajar banyak dari pengalaman baik pribadi ataupun via orang lain. Banyak orang logikanya terbolak balik (masih ingat postingan saya tentang Hukum DM?...itu serupa). Pada saat mulai, bukannya memperbaiki niatnya, malah sibuk menghitung hasil/impiannya.

Analoginya adalah begini. Suatu pagi anda duduk santai di teras sambil memandang halaman anda yang kosong melompong tanpa tumbuhan hijau. Halaman tetangga di rumah yang berhadapan menghentikan lamunan anda dan membawa rasa sejuk tersendiri sebab halaman itu hijau, teduh oleh rimbunan pohon mangga, dan ceria oleh warna-warni kembang sedang merekah.

Anda kemudian mendapat ilham. Alangkah indahnya kalau suasana itu ada di depan anda sendiri. Di halaman anda sendiri. Anda bisa menyentuhnya, bahkan bisa mencium baunya, bisa sesukanya sepuas-puasnya. Anda mulai berimajinasi. Bagaimana kalau anda menanam pohon dan tanaman-tanaman dengan jenis yang sama dan modelnya pun di atur sama di halaman anda. Tapi imajinasi anda mulai berkembang lebih liar. Anda mau lebih bagus dari halaman tetangga. Anda mulai menghayalkan jenis tanamam yang lebih terkenal, lebih mahal dari segi harga, dengan penataan disainer lanskap agar lebih paten, pokoknya semuanya harus lebih! Tapi kenyataan lain menyadarkan anda. Punya halaman seperti itu pasti biayanya mahal. Belum lagi pemeliharaannya. Hitung-hitung untuk memulainya butuh Rp 5jt minimal. Pemeliharaannya may be Rp500rb/bulan. Kebenaran versi anda mulai mendominasi. Daripada keluar biaya semahal itu, belum lagi kesibukan anda belum tentu bisa memperhatikannya kelak, akhir dari semuanya, ANDA MENGURUNGKAN NIAT BAIK ANDA!

Analogi ini sama dengan orang pengangguran yang ditawari berbisnis, setelah pikir panjang lebar ia memutuskan untuk tidak terima sebab takut kalau banyak uang harus dibawa ke bank trus dalam perjalanan ia bisa dirampok orang!

Bung Fadli, Insya Allah dengan mulai dengan niat baik dan jelas, dan ingat, niat baik dan jelas ketika akan direalisasikan harus dengan nama Allah "BISMILLAHIRRAHMAAN IRRAHIM" dan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah untuk menunjukkan jalan kepada anda sekaligus memperbaiki jalan anda kalau salah.

Setelah itu, apa boleh kita langsung menuju ke hasil akhir? Eits, setahu saya sebelum akhir ada tengah-tengahnya. Begitu anda memulai dengan realisasi, ada proses. Proses ini bergantung ikhtiar anda dan cepat tidaknya anda mencapai hasil akhir dan seberapa bagus hasilnya tergantung seberapa dekat anda kepada The Almighty Decition Maker, Allah SWT. Tapi yakinlah, bahwa apapun hasilnya, kalau anda telah meminta kepada pengambil keputusan mutlak, itu PASTI BAIK buat anda!

Saya sarankan anda perhatikan komponen penentu yang lain. Ada Sunnatullah yang harus kita percayai, yaitu ketetapan Allah SWT. Kalau anda pernah baca postingan saya mengenai QADHA (kalau salah itu dari saya, kalau benar itu milik Allah SWT). Supaya gampang dimengerti, SUNNATULLAH ini sebenarnya bidang ilmu yang digeluti oleh Bung MY, hanya saja beliau fokus pada kejadian yang ada di alam. Padahal, dalam kehidupan ini bejibun SUNNATULLAH. Contoh, kalau mau dapat gaji atau upah, sunnatullah yang bisa kita baca saat ini adalah cari kerja atau usaha jualan.

Nah sunnatullah bagi saya seperti program super komputer yang memasukkan semua fungsi kehidupan dalam ketentuanNya sampai mengeluarkan hasil. Artinya, ketentuanNya juga tergantung pada masukan yang anda buat. Logikanya seperti oven panggang. Kalau anda masukkan adonan roti, keluarnya Insya Allah adalah roti. Kalau anda masukkan pisang yang sudah dipenyet, Insya Allah keluarannya adalah Pisang Epe.

Kesimpulan saya, hasil bergantung kepada masukan. Di sini ilmu motivasi dalam Islam menuntut kita untuk evaluasi. Ingat ayat, "Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran" Quran Surah 103: 1-3.

Pengamalan ayat di atas dalam memotivasi kita menurut saya adalah:
Konsisten pada niat baik anda di awal (artinya konsisten pada apa yang anda tuju). Ini adalah pengejawantahan dari iman. Orang beriman niatnya baik, dan kalau niat anda baik, maka anda harus konsisten.
Orang rugi itu kalau hari ininya lebih jelek atau sama dengan hari kemarinnya. Tidak ada selisih plusnya. Jadi anda dituntut untuk selalu evaluasi.
Agar hasilnya baik, tahap awalnya anda mesti selalu minta nasehat kepada orang yang menguasai masalah dan tidak dzalim. Ini namanya belajar. Orang bekerja, berbisnis, atau apapun kegiatannya pada dasarnya adalah orang belajar. Salah besar kalau anda bisnis kue trus bertanyanya ke pebisnis besi bekas. Atau anda mau beternak tapi bertanya kepada petani. Di sini agama kita jelas menyatakan, bahwa anda juga kalau sudah sukses dalam bidang yang anda geluti, harus berbagi ilmu/menasehati orang lain. Jangan dzalim dan mau bagus sendiri.
Kata terakhir "menetapi kesabaran" adalah kalimat motivasi dahsyat! Dalam prosesnya nanti Insya Allah ada sukanya ada dukanya. Motivator sekuler tidak pernah menyebut kata 'sabar'. Agama kita mengangkat ini sebagai isu besar. Selain Insya Allah diganjar hasil bagus di dunia, di akhirat pun orang sabar jelas tempatnya di Jannah. Pengamatan saya, orang sabar itu orang yang tawakkal. Orang tawakkal itu selalu menyerahkan penentuan hasil kepada Allah. Orang tawakkal berikhtiar di kala hari terang, dan merapatkan kepala ke tempat sujud di kala orang lain sedang terlelap dalam gelapnya malam. Subhanallah! Bukankan ini nilai motivasi yang tak ternilai yang bisa kita serap dari kalamullah?!
Bung Fadli, setelah itulah baru kita bisa menikmati hasilnya. Hebatnya lagi kalau formula ini kita ikuti, hasilnya bukan saja baik, tapi Insya Allah akan berberkah. Orang yang dapat berkah bukan saja kaya dalam ukuran dunia kalau ia banyak uang, tapi juga akan bahagia senantiasa di dalam hati.

Jadi, Bung Fadli,
Mulai itu di depan, hasil akhir itu belakangan.. ..

Tidak ada komentar: