03 Agustus, 2007

Semoga Bagus Berkelanjutan


Assalaamu alaikum.

Hari ini adalah Jumat ke-3 sejak mesjid di kompleks saya Kompleks Taman Losari, difungsikan. Namanya Nurul Barakah. Belum diresmikan, tapi begitu kami sepakat menamakan mesjid ini.

Bicara Mesjid Nurul Barakah, banyak tetangga sejamaah sering berkaca-kaca matanya kalau kami berkumpul. Maklum, karena masih baru, para jamaah masih sentimentil kalau mengingat-ingat sejarah berdirinya mesjid ini.

Saya tinggal di kompleks sekarang sudah masuk tahun ke-5. Meski bukan penduduk sejak awal, sedikit banyak saya tahu sejarah berdirinya mesjid Nurul Barakah.

Sebelumnya, kalau ada waktu ke Makassar, coba anda kunjungi kompleks perumahan Tanjung Bunga. Kata orang, ini Lippo Karawaci-nya Makassar. Memang pengembangnya juga sama-sama Grup Lippo. Di wilayah perumahan Tanjung Bunga ada cukup banyak kompleks cluster. Di antaranya kompleks tempat saya tinggal. Selain itu ada mall, lokasi wisata pantai, sekolah bertaraf internasional, bahkan sementara dibangun lokasi wisata waterboom oleh kelompok bisnis besar nasional.

Namun ada yang aneh. Di kompleks ini sejak awal tidak ada sarana ibadah, termasuk mesjid. Makanya banyak yang mencibir, masak kompleks besar dan moderen begini tidak ada mesjidnya?

Begitulah awalnya, kalau kami bertetangga sesama muslim berkumpul, impian punya mesjid selalu jadi topik primer pembicaraan.

Saya sendiri dapat banyak pengalaman berharga. Ternyata orang bertetangga memang sangat majemuk. Dalam mewujudkan impian punya mesjid ini misalnya, ada tetangga yang bilang, “Kita langsung saja turunkan massa. Kita protes, masak kompleks perumahan bergengsi tidak ada mesjid? Apalagi jelas, ini ada perdanya!”

Tetangga lain lebih lunak. “Bagusnya jangan sampai rame-rame begitu, pak. Kita bicara baik-baiklah dengan pengelola. Mestinya mereka bisa mengerti. Apalagi perda juga mengatur begitu.”

Ada juga yang bahkan sudah berpikir untuk melibatkan pihak internasional. “Kalau perlu, libatkan pihak Arab Saudi”. Tetangga ini mengaku ia punya jaringannya.

Alhamdulillah, mungkin karena niatnya baik, Allah menunjukkan jalan yang baik.

Kami jemaah kompleks memutuskan untuk mulai saja dari hal kecil. Yang penting jamaah bisa ditegakkan.

Kebetulan di dalam kompleks ada satu rumah berbentuk panggung (rumah jadi yang biasa dipesan orang dari Manado). Di bawahnya ada kolong berlantai paving. Kami pikir, ini sangat ideal. Space yang tersedia untuk shalat cukup luas di kolong rumah. Sarana air bersih dan sumber listrik juga tersedia. Yang terpenting, pemilik rumah yang memang tidak pernah tinggal di rumah itu juga mengizinkan.

Action pertama diambil. Tempat ini kami sulap menjadi mushallah setiap Ramadhan. Tiga tahun lalu ketika kami memulai, semuanya sederhana sekali. Karpet digelar, sekeliling kolong rumah dididirikan kain penutup, pipa wudhu dipasang. Saya masih ingat, 3 tahun lalu listrik di Makassar masih sering byarpet, maka kami pasang genset untuk selalu siap-siap kalau pas lagi ibadah listrik mati.

Mungkin karena para inisiator adalah para amatiran dalam mengelola tempat ibadah, lucunya karena kami tidak terpikir serius untuk mengontak penceramah jauh sebelum Ramadhan tiba. Akibatnya, ceramah tarwih lebih banyak kosongnya. Di sini pula saya mulai karir sebagai ‘ustadz amatiran’. Maklum, ditodong isi ceramah, daripada kosong ya sudah, saya bicara macam-macam. Para tetangga juga daripada kosong pada manggut-manggut aja dengar ceramah saya. Nggak tau mereka ngerti atau tidak? Hehehe

Tahun berikutnya lebih bagus. Mushallah darurat bawah kolong kami terlihat lebih cantik. Jamaah pun lebih banyak, termasuk dari kompleks-kompleks lain, bahkan dari kampung terdekat juga datang ke mushallah kami. Kenyataannya, penceramah masih banyak yang kosong. Lagi-lagi, saya sering diminta ‘ceramah’. Bedanya, tahun ke-2 ‘pangkat’ saya dinaikkan sepihak oleh jamaah untuk sekaligus jadi imam kalau pak imam profesinal tidak datang.

Sejak itu saya selalu jadi was-was. Kalau begini bisa malu saya. Ntar kalau tiap hari imam, bacaan saya bias habis, berabe deh. Makanya ‘dengan terpaksa’ saya mulai belajar lagi dan menghapal surah-surah lebih panjang.

Di tahun ke-2 ini secara berjamaah kami ketiban untung. Alhamdulillah, seorang warga kompleks kami terpilih menjadi Wakil Walikota (Wawali). Di sini perjuangan mendirikan mesjid dimulai.

Masalah terbesar karena pengembang sudah menetapkan sebuah lokasi yang cukup jauh dari pemukiman tapi masih dalam wilayah mereka untuk membangun mesjid. Setelah melihat lokasi, kami semua berkesimpulan sama, siapa yang akan mengisi mesjid terutama untuk shalat 5 waktu di lokasi sejauh itu? Paling juga shalat Jumat dan hari raya.

Berbekal kekuatan baru dengan adannya Wawali sebagai warga, kami mencoba menekan pengembang. Apalagi Pemkot Makassar memang punya saham di perusahaan yang membawahi kompleks perumahan besar ini.

Walhasil pucuk dicinta ulam tiba. Wawali main tembak langsung. Direksi perusahaan melunak hatinya. Tepat di bulan Ramadhan, malam-malam setelah shalat tarwih, direksi, wawali, dan beberapa tokoh kompleks melakukan survey langsung ke lapangan. Akhirnya ditetapkan satu lokasi, jaraknya sekitar 100 meter dari pos satpam kompleks kami.

Para jamaah kompleks sangat bersemangat. Tapi gambar tak seindah warna aslinya. Janji tinggal janji. Realisasi tak kunjung datang. Sebulan menunggu tak ada aksi. Dua bulan menuggu masih sama. Tiga, empat, bahkan setahun mengunggu, masih tak ada realisasi. Akhirnya wakil jamaah turun gunung lagi. Wawali juga ikut mendesak.

Setelah setahun lebih, barulah pengembang bertindak nyata. Mesjid yang kami idam-idamkan pun berdiri. Walaupun jauh dari impian sebenarnya, paling tidak perjuangan kami tidak sia-sia.

Maaf, komentar banyak orang waktu pertama kali melihat mesjid ini, lebih mirip gereja daripada mesjid. Hahaha. Saya sendiri tersenyum kecut waktu lihat modelnya pertama kali. Tapi sudahlah. Allah yang punya kuasa, Allah pula yang memberi jalan. Yang terbaik tentu dari-Nya. Yang jelek-jelek pasti ulah manusia.

Sekarang mesjid Nurul Barakah sudah berdiri. Perubahan terbesar bagi jamaah kompleks, kalau dulu mereka sering kumpul sambil ngobrol sambil merokok sambil…..main domino! Sekarang berbeda! Ngumpulnya di mesjid. Sambil ngobrol pengembangan mesjid. Malah lebih jauh, mereka sekarang bikin yayasan. Programnya canggih-canggih. Mau bikin Baitul Mal. Santuni anak yatim. Pokoknya semua semangat!

Semoga Allah terus memberkahi kompleks kami. Saya yang sampai sekarang ngontrak rumah di sini, terus terang, susah untuk meninggalkan kompleks ini pindah ke kompleks lain. Semoga ini semua bagus. Semoga bagusnya berkelanjutan. Amin.


Foto diambil dari sini.

Tidak ada komentar: