03 Agustus, 2007

Kok nggak kepikir, ya?


Baca kalimat judul, mungkin kita sudah bisa menebak, ini urusannya dengan kreatifitas. Betul. Bukan satu dua kali saya pernah ucapkan kalimat itu. Kok nggak kepikir ya?

Salah satunya sekitar 3 tahun lalu. Ceritanya bermula ketika saya akrab dengan yang mulia Konsul Jenderal Jepang di Makassar ketika itu, Bapak Motokatsu Watanabe (biasa saya sapa Watanabe-san).

Watanabe-san sangat berbeda dengan para pejabat Konjen yang pernah saya kenal di Makassar. Kelihatannya pejabat satu ini gila kerja dan penuh ide di kepalanya. Mungkin karena ini kami akrab. Saking akrabnya, orang jadi sering salah sangka, bahwa saya adalah staf penerjemah resmi Watanabe-san. Padahal saya diminta tolong beliau secara pribadi untuk menemani ke berbagai kegiatan (termasuk banyak kegiatan resmi sebenarnya), dan saya dengan senang hati menemani sekaligus menjadi penerjemahnya. 100% free of charge!

What’s in it for me? Untungnya buat saya?

Wow, saya jadi ketemu banyak orang yang mungkin kalau bukan jalan dengan Watanabe-san saya tidak bakal pernah punya kesempatan berkenalan. Ambil contoh, saya pernah menemani beliau sampai ke Gorontalo, bahkan bertindak sebagai penerjemah beliau dalam pertemuan-pertemuan resmi selama di Gorontalo. Termasuk ketika bertemu dengan Gubernur Fadel Muhammad.

Maaf, saya ngelantur kejauhan. Tulisan ini bukan tentang hubungan saya dengan Watanabe-san. Tulisan ini sesuai prolog, tentang kreatifitas.

Kembali ke Watanabe-san, suatu ketika beliau telepon saya. “Irwan-san, tolong datang ke kantor saya, saya perlu bicarakan sesuatu”. Sayapun datang.

Di mejanya, Watanabe-san punya satu set proposal dalam bahasa Jepang. Beliau mulai bicara ke saya, “Irwan-san, di Jepang ada organisasi pencinta sunset. Saya lihat Pantai Losari punya sunset indah sekali. Tapi kenapa di sini tidak ada organisasi itu?”

Hmm. Saya pikir, betul juga.

Akhirnya Watanabe-san lanjut to the point. “Irwan-san. Saya mau bikin program pertukaran foto sunset antara sunset Makassar dengan organisasi pencinta sunset di Jepang. Di Jepang organisasi ini serius sekali. Mereka rutin bikin pameran foto di masing-masing daerah di Jepang. Bagaimana kalau kita kontak mereka dan minta bikin di Makassar dan Makassar sebagai tuan rumah?”

Hmm. Kembali saya pikir, betul juga.

Setelah itu Watanabe-san bicara panjang lebar. Saya setuju membantu. Kami pun langsung action ketika beliau minta dipertemukan dengan beberapa orang dari instansi terkait.

Ada yang saya tidak mengerti dari Watanabe-san. Ketika bertemu dengan beberapa orang dan berbicara tentang ide sunset-nya, ia dengan berani bilang, “Sunset Pantai Losari indah sekali. Bahkan termasuk dalam satu di antara tiga sunset terindah di dunia.” Statement ini dibuatnya berulang-ulang.

Saya Tanya ke Watanabe-san, “Emang dari mana tahu kalau sunset losari satu di antara tiga terindah di dunia?” Jawabnya, “Yah, saya karang-karang saja. Emangnya ada yang mau cari tahu?”

Hmm. Kali ini pun saya berpikir lagi, betul juga.

Setelah itu masih ada beberapa kali saya berpikir. Kelihatannya Watanabe-san penuh dengan ide yang bikin saya selalu berpikir, betul juga yah?

********

Setidaknya dua hal yang tidak bisa saya lupa dari pengalaman dengan Watanabe-san. Satu, beliau beberapa kali bilang bahwa banyak sekali hal yang kita anggap sepele padahal sebenarnya bisa tidak sepele. Bahkan kalau kita pandai melihat peluang di belakangnya, hal-hal sepele itu bias berubah menjadi signifikan. Seperti kisah sunset di atas.

Dua, ternyata meskipun seorang diplomat yang tidak bisa bicara sembarangan, Watanabe-san berani bicara sembarangan. Tentu dengan perhitungan dan tidak membawa mudharat. Ini masalah strategi atau taktik.

Dua pelajaran berharga itu sampai sekarang selalu saya ingat. Faedahnya besar. Terutama kalau mau jadi kreatif. Dengan kata lain, untuk menjadi kreatif, banyak-banyaklah mencermati hal-hal yang dianggap sepele oleh orang banyak. Pacu diri anda untuk berpikir berbagai macam kemungkinan. Caranya? Tanyakan sebelum menyesal, “Kok nggak kepikir ya?”

Tidak ada komentar: