01 Oktober, 2007

Rejeki Besar


Hampir saja saya kehilangan rejeki besar. Tadi siang, sebelum shalat dhuhur, baru teringat kalau saya belum mengonfirmasi ustadz untuk ceramah teraweh malam ini. Sekitar seminggu lalu pernah begitu. Saya lupa menelepon mengingatkan ustadz yang sudah dijadualkan. Ujung-ujungnya, beliau tidak datang dan seperti biasa, saya harus mempertanggungjawabkan kelalaian. Saya harus bertindak jadi ustadz pengganti.

Telepon pertama ustadz Irwan Fitri, LC nadanya sibuk. Saya telepon lagi, masih senada seirama, tut tut tut tut….artinya sibuk. Saya genapkan telepon ketiga kalinya, rasanya bunyi itu baru saja terdengar….tut tut tut….

Capek deh. Begitu dalam hati saya. Kalau saya telepon lagi, jangan-jangan bunyinya “maaf, anda belum beruntung”….Ya sudah, kalau pak ustadz ini tidak datang biar saya ceramah lagilah….begitu tekad dalam dada. Tapi Tuhan masih menggerakkan saya untuk mencoba opsi terakhir, mengirim pesan SMS.

“Ass. U mengingatkn jadual cermh trwh mlm ini di mesjd Nurul Barakah Tanjung Bunga. Shalt Isya pk 7.45. Wass”. Begitu isi SMS yang saya kirim.

Setelah itu saya kembali larut pada kegiatan lain.

Tak disangka, menjelang waktu buka masuk sms. “Ana kurang jelas alamtnya. Bisa jempt ana di depan kantr camat? Sykrn”.

Berhubung nomor ustadz Irwan Fitri tidak saya simpan di memori HP, sempat kening berkerut. Siapa pula yang ngirim SMS pakai allughatul ‘arabiyah segala? Untung saya cepat ingat. Saat itu pula saya menelepon sang ustadz untuk menjelaskan rute menuju mesjid kami.

----------

Ustadz Irwan Fitri, LC ternyata bawa rejeki besar. Malam itu ceramah beliau memukau jemaah. Awalnya saya pikir gayanya akan sama dengan banyak penceramah sebelumnya yang kalem-kalem aja. Akibatnya, banyak jamaah jadi mengantuk. Termasuk saya yang beberapa malam ini mata rasanya berat sekali ketika mendengar ceramah. Padahal sudah saya akali dengan minum kopi pekat sebelum ke mesjid.

Kenapa ustadz Irwan Fitri, LC membawa rejeki besar?

Pertama, karena nama depan ustadz ini sama dengan nama saya. Kami sama-sama Irwan. Hehehe. Biasanya kalau orang nama Irwan pintar bercerita (kata orang Makassar, 'Pacarita'). Nggak percaya? Percayalah……Kalau saya salah, mengertilah…….

Kedua, karena ustadz ini ternyata pintar melucu. Obat paling mujarab melawan ngantuk. Wajar kalau sepanjang ceramah jemaah pada melek semua. Bahkan waktu pak ustadz tanya ke saya kalau ia boleh ceramah sekitar 20 menit, dengan semangat saya bilang, “tafaddal, ustadz”.

Ketiga, karena ustadz ini selain pintar melucu, isi ceramahnya juga bermutu. Anda tau tidak? Kalau anda dantang ke sebuah mejelis yang menawarkan ceramah agama, dan anda menyimaknya dengan khusyuk, apalagi mengambil pelajaran dari ceramah itu, maka itu rejeki nomplok. Sudah dinilai ibadah, dapat pahala berlipat ganda, dapat ilmu pula. Dengan begitu kelas anda naik setingkat, sebagaimana kita pahami bahwa orang yang beriman dan berilmu diangkat derajadnya satu tingkat oleh Allah. Bukankan itu rejeki besar?

----------

Makanya pulang-pulang ke rumah dari mesjid, saya putuskan menulis tentang ustadz Irwan Fitri, LC. Saya lagi senang nih, abis dapat rejeki. Moga-moga tulisan ini bernilai sedekah dari rejeki yang baru saya dapatkan. Sebab kalau anda mendapat sebuah hikmah dari balik tulisan ini, dan anda bersyukur karenanya, Insya Allah saya dapat rejeki lagi. Trus kalau anda memutuskan menceritakan hikmah itu kepada orang lain dan orang lain juga bersyukur karenanya, maka anda juga dapat rejeki lagi dan saya tentu dapat rejeki pula. Begitu seterusnya. Bagaimana rejeki kita tidak besar kalau begitu?

Tidak ada komentar: