01 Oktober, 2007

Keindahan Kelas Berat


Bismillahirrahmaanirrahiim,

Pembaca setia blog ini.

Allah SWT menjanjikan. Orang-orang yang tulus berpuasa akan mengalami 2 jenis kebahagiaan. Pertama saat berbuka, kedua saat bertemu dengan Tuhannya.

-----------

Hari Rabu (26/9) lalu saya berangkat ke Gorontalo untuk sebuah kerjaan. Ketika memesan tiket pesawat, saya tidak terlalu memperhatikan jadual keberangkatan, berhubung saya sudah sering menggunakan perusahaan penerbangan yang sama dan biasanya jadual terbangnya sering molor sampai pukul 8 malam.

Saya baru sadar bahwa jadual terbang kali ini sangat dekat dengan jadual buka puasa untuk wilayah Makassar, yaitu pukul 18.10. Itu saya sadari ketika saya menelepon Sandi, adik sepupu saya untuk mengabari bahwa saya akan ke Gorontalo. Sandi juga ternyata akan berangkat di hari yang sama, tapi dia memilih penerbangan yang lebih lambat. Kata dia, “Wah, kalau pakai pesawat itu repot kak. Baru buka puasa, makanan belum juga turun ke lambung sudah harus naik pesawat.”

Betul juga pikir saya. Tapi sudahlah. Tiket sudah di tangan dan takdir Allah memang begitu.

Berhubung saya berangkat bersama Bapak serta Om dan Tante saya, saya setuju saja mengikuti saran mereka untuk berangkat ke bandara pukul 15. Dalam hati saya membatin, cepat amat. Ngapain nunggu lama-lama di bandara? Tapi berhubung mereka adalah orang-orang yang sudah berumur, saya tidak mau ambil resiko terlambat atau terburu-buru karena gerak lambat mereka.

Eh, ternyata permintaan para orang tua saya ini membawa hikmah. Jalan macet menuju bandara luar biasa. Perjalanan kami lamban benar. Saat-saat seperti itu, saya bersyukur sekali. Betul kata-kata bijak, dengar nasehat orang tua.

Sesampai di bandara, urusan barang-barang saja sudah makan waktu lagi. Saya mesti tau diri sebagai anak. Sebagai ‘yang paling muda’, apa boleh buat, urusan barang saya monopoli. Barang yang ringan-ringan saja saya izinkan orang tua untuk menenteng. Selebihnya, ‘ana jadi superman’. Hehehe.

-----------

Tidak terasa waktu berlalu, sebentar lagi azan magrib pertanda buka. Rupanya urusan angkat mengangkat barang bikin saya sibuk tidak merasa waktu berlalu cepat. Mata saya, dan banyak pasang mata lain di ruang tunggu bandara kelihatannya berperilaku sama ketika itu, semua menatap layar ke arah yang sama, layar TV yang tersedia. Semua kelihatan khusyu’. Sesekali saya lirik jam handphone untuk memastikan waktunya tepat.

Tiba-tiba terdengar suara petugas informasi melalui pengeras suara yang biasa dipakai mengumumkan serba serbi keberangkatan dan kedatangan pesawat.
“Para pengguna bandara yang kami hormati. Dengan ini kami sampaikan bahwa waktu berbuka puasa bagai kaum muslimin dan muslimat telah tiba. Kami ucapkan selamat berbuka puasa.”

Alhamdulillah. Suara itu terdengar indah. Suara itu menjadi pertanda bahwa kerongkongan kering yang tadinya haram untuk dibasahi, akhirnya menjadi halal. Perut lapar yang tadinya haram diberi makan, akhirnya menjadi halal….

Memang, berbuka puasa di bandara terasa lain dari biasa. Namun tetap terasa indah. Keindahan itu terasa mencapai puncak, ketika secara serentak, orang-orang yang menunggu keberangkatan mengeluarkan bekal makan dan minum mereka dan di mata saya terlihat serentak pula mereka membatalkan puasa.

Air mata kebahagiaan saya nyaris meleleh, ketika di depan saya, seorang calon penumpang lelaki setengah baya, menawarkan bekal buka puasanya yang saya tau tidak banyak (kelihatannya orang ini hanya punya 2 potong roti yang mungkin ia kalkulasi dengan dua potong itu cukup membuatnya tahan menempuh perjalanan) kepada seorang lelaki muda lain di sampingnya. Subhanallah, sungguh adegan yang lebih bermutu dari adegan film peraih Oscar….

Di sudut yang lain, sempat pula saya saksikan seorang Bapak yang sadar bahwa di sampingnya duduk seorang remaja muslim yang tidak membawa bekal apa-apa. Ditawarinya air putih botol satu-satunya yang dimilikinya dan telah diminum sekitar sepertiganya. Si remaja terlihat sangat bersyukur. Kelihatannya ia bingung mau berbuka apa, sebab ia tidak punya bekal apa-apa. Kelihatannya ia seorang mahasiswa yang mau mudik dan duitnya pas-pasan sehingga tidak menyiapkan bekal berbuka (wallahu a’lam). Dengan antusias diterimanya botol air itu dan diminumnya pula sepertiganya. Subhanallah, ini adegan nyata terindah yang pernah saya lihat…….

-----------

Rasa-rasanya saya semakin khawatir. Ketika menulis ini sudah masuk malam 19 Ramadhan. Saya jadi bertanya-tanya, masih akankan saya menemui keindahan-keindahan kelas berat seperti di atas dalam hidup ini? Masih akankah saya jumpai aktor-aktor kawakan yang akan memerankan peran indah nan menyentuh hati?

Mumpung Ramadhan masih berlangsung, pencarianku akan terus berlangsung. Sebab aku suka keindahan. Aku terangsang oleh yang indah-indah. Tapi bukan oleh keindahan murahan bikinan setan. Tapi oleh keindahan hakiki yang membawa extacy abadi. Yang membawa kebahagiaan ketika bertemu Tuhan.

Tidak ada komentar: