02 September, 2007

Puasalah!


Bismillahirrahmaanirrahiim,

Sungguh berlimpah ruah tanda-tanda kekuasaan Allah SWT, bagi orang-orang yang mau membacanya. Baca satu di antaranya, adalah hasil ciptaan-Nya yang berpasang-pasangan. Ada laki ada perempuan. Ada jantan ada betina. Ada besar ada kecil. Ada panjang ada pendek. Untuk mendata pasangan-pasangan ini saja kita bisa membuat beberapa jilid kamus. Bahkan mungkin tak akan ada habis-habisnya……..wallahu a’lam.

Saya heran, mengapa manusia tidak mengambil hikmah dan mencoba menyontek sifat-sifat Allah sebatas derajat kemanusiannya. Kalau Allah itu Maha Kasih, mengapa pula kita tidak saling mengasihi. Kalau Allah Maha Pemberi Maaf, mengapa pula kita tidak senantiasa mengedepankan pemberian maaf.

Ciptaan Allah yang berpasang-pasangan mestinya juga patut dicontoh.

Entah mengapa pemerintah Indonesia paling enggan menyontek sifat Allah. Padahal presiden dan wapres kita sepanjang sejarah Indonesia berdiri senantiasa muslim.

Itu coba lihat bagaimana harga-harga sembako di Indonesia hanya kenal kata ‘naik’ harga. Tidak pernah dengar saya pemerintah mengumumkan ‘turun’ harga.

Prihatin benar.

Dalam sehari kemarin, bukan satu dua kali berita tentang kenaikan harga diberitakan media. Hari saya dibuka oleh berita kelangkaan minyak tanah. Di beberapa daerah orang ngantri panjang. Masya Allah……..Kasihan amat. Indonesia yang dikenal dunia sebagai produsen minyak, yang minyaknya diekspor ke luar negeri, di dalam negeri sendiri malah ngantri.

Setelah itu ada berita tarif tol naik. Masalah jalan tol, kelihatannya pemerintah pintar bikin prioritas. Sayang prioritasnya salah tempat. Kalau jalan tol saja, rajin dibangun karena orang lewat mesti bayar. Tapi jalan umum bebas hambatan (freeway), mana ada?

Belum sempat tarik nafas, ada berita kenaikan lain lagi. Menurut salah satu TV swasta, di mana-mana harga beras sudah merangkak naik. Saya suka karena TV swasta masih pakai kata ‘merangkak’, paling tidak bikin suasana hati sedikit dingin dan tidak panik. Padahal mungkin yang sebenarnya sudah bukan merangkak, lebih tepatnya ‘melangkah lebar’.

Lucunya kalau ada yang ‘turun’ biasanya bawa mudharat di negara kita. Pelototi pelabuhan Merak. Jumlah kapal yang melayani arus muat barang dari pelabuhan Merak tiba-tiba turun. Sontak jumlah antrian ‘tiba-tiba naik’. Antrian truk sampai 15km! Efeknya lagi, karena pasokan barang ke Medan jadi ‘tiba-tiba turun’, tentu harga jadi ‘tiba-tiba naik’.

Sebagai rakyat, saya pusing. Kalau biasanya tujuh keliling, ini lebih parah, pusing tujuh panjang kali lebar kali tinggi. Ah, pokoknya pusiiiiiiiiiiing……..

Biar bisa turun gimana, ya?

Kita turunkan paksa saja……..! Ngawur, mana bisa harga dirunkan paksa? Ntar bisa dituduh memperkosa. Kan yang namanya paksa memaksa itu memperkosa. Tapi jangan salah, ada juga memperkosa tidak pakai pemaksaan, tapi pakai ‘kebijakan’.

Au ah, gelap!

Lantas, gimana?

Ya sudah, tidak usah makan, tidak usah minum. Kita puasa saja. Mestinya kalau puasa membuat permintaan sembako jadi turun. Kalau permintaan turun, berarti harga juga akan turun. Itu teorinya.

Lho, kok setiap masuk Ramadhan harga-harga malah melambung naik?

Kenapa ya?

Jawabannya gampang. Berarti banyak orang ‘tidak puasa’. Kalau harga sontak naik, banyak orang bukan sekedar ‘tidak puasa’, tapi malah menjadi ‘lebih rakus’.
Makanya, memasuki Ramadhan nanti Insya Allah, puasalah!

Tidak ada komentar: