04 September, 2007

2 Hablun


Subhanallah!

Tadi barusan istri saya cerita ke saya. Katanya dia diajak main curang oleh orang dalam suatu urusan. Tentu saja istri saya menolak. Apalagi terungkap bahwa kalau main curang dilakukan, orang yang kena rugi masih kenalan istri saya. Semakin tegas dia menolak. Katanya, selain tidak mau main curang, saya tidak mau merusak hubungan baik saya dengan orang itu.

Setelah cerita itu saya masih berpikir-pikir.

Masalah menolak main curang itu satu hal. Setau saya, bagi kita Muslim, kekuatan iman tentu akan menjadi benteng penolak untuk main curang. Makanya kalau masih ada Muslim yang main curang, besar kemungkinan imannya belum segitu kuat untuk membentengi dirinya untuk main curang.

Masih ada yang berkesan sebagai hikmah dari cerita istri saya. Status ‘kenal’ terhadap seseorang ternyata juga menjadi penegas untuk menolak main curang.

Sekali lagi terbukti betapa indah ajaran Islam. Rasulullah SAW dari sulu menggaris bawahi, bahwa sebagai manusia, kita perlu menjaga 2 hal. Satu, hablunminallah, hubungan kita dengan Allah. Ke dua, hablinminannas, hubungan kita dengan sesama manusia.

Nah, cerita istri saya di atas erat hubungannya dengan hablunminannas.

******

Dunia tempat kita hidup belakangan ini memang banyak berubah. Banyak yang sudah terekayasa. Ketika saya tinggal di Jepang, saat itu lagi ramai-ramainya orang bicara tentang ‘tamagocchi’. Ini adalah permainan elektronik yang dianggap seperti piaran hidup, yang layaknya piaraan lain perlu dikasih makan, diajak bermain, diobati, diminumkan susu dan macam-macam perlakuan lain.

Jangan heran kalau dari anak kecil hingga orang dewasa di Jepang, belakangan menjalar ke banyak negara di benua lain, tergila-gila tamagocchi. Mereka bisa menyalurkan obsesi ‘memelihara’ mahluk hidup, walaupun benda yang dipelihara sesungguhnya hanya program komputer.

Saya geleng-geleng kepala ketika menonton sebuah acara tengah malam di sebuah TV swasta di Jepang, mereka menyiarkan acara pemakaman tamagocchi yang ‘mati’ (dengan kata lain gagal dipelihara oleh si empunya permainan). Hebohnya lagi, ada ‘kuburan tamagocchi’. Mereka yang peliharaannya (kebanyakan diberi nama sesuka pemiliknya) mati, boleh mendaftarkan jasad peliharaannya di kuburan ini, dan mesti membayar.

Saya sendiri merasakan bagaimana gemparnya orang-orang ketika sedang melihat-lihat pajangan CD di sebuah record store di Jepang, tiba-tiba diumumkan bahwa toko itu mengadakan penjualan tamagocchi dan orang akan dilayani sesuai urutan antrian. Wah, gaduh ribut bercampur kocar kacir orang-orang berebutan antri. Saya cuman bisa bengong. Padahal, kalau saya ikut rebutan, mungkin posisi antri saya bisa paling depan karena saya memang berdiri tidak jauh dari kasir…..hahaha…..lucu kalau ingat waktu itu.

Itulah Jepang, negara yang penuh dengan rekayasa……..

*******

Sungguh disayangkan kalau 2 ‘hablun’ pada bagian pembukaan tulisan ini juga direkayasa.

Ada orang, tiba-tiba muncul di TV bahwa hablunminallahnya bagus. Ke mana-mana pakai peci. Orang pergi umrah setiap tahun diam-diam, dia baru mau berangkat umrah pertama saja sudah rebut-ribut di media massa.

Begitu juga ada yang tiba-tiba muncul di TV bahwa hablunminnasnya bagus. Dikesankan bahwa ia sering berkunjung ke panti asuhan. Di depan kamera peluk-peluk anak yatim.

Sungguh sayang kalau soal ‘hablun’ direkayasa. Padahal Tuhan sendiri sudah tegasakan. Kalau kau mau untung, banyak-banyaklah kau mengingat Allah. Kalau kau mau panjang umur, banyak-banyaklah kau bersilaturrahim.

Nah kalau hablunnya direkayasa, saya khawatir, janji Tuhan tidak berlaku. Bukannya dapat untung malah dapat buntung. Bukannya panjang umur malah banyak musuh, dicaci maki orang, ujung-ujungnya, bisa cepat almarhum.

Semoga tidak.

Tidak ada komentar: