26 Februari, 2008

Believe it.....or not!


Artikel berikut adalah fiksi belaka. Bukan science fiction, atau pulp fiction, it is simply just fiction. Makanya banyak dari isinya jangan dipercaya. Cukup dibaca. Kalau suka ya Alhamdulillah. Kalau tidak suka, ya sudah.

Tapi asal anda tahu saja, dalam ilmu psikologi, kalau anda baca sesuatu yang terus terang, seperti kalimat di atas yang meminta anda jangan percaya, sebenarnya anda digiring untuk percaya. Seperti sekarang ini, begitu anda sudah melewati barisan kalimat ini, anda pasti akan semakin terangsang untuk percaya.

Jadi saya sebenarnya serba salah. Saya bilang ini fiksi dan jangan dipercaya, anda justru semakin mau percaya. Kalau saya bilang percaya saja, kenyataannya ini adalah fiksi belaka.

Jadi kalau begitu, kita ambil jalan tengahnya saja…believe it…or not!

--------

Believe it….or not! Orang-orang di pemerintahan sekarang (dengan ikhlas saya katakan ‘tidak semuanya begitu’) semakin pandai. Terutama giliran bikin anggaran. Di Sulsel contoh konkritnya. Di satu kabupaten, dalam anggaran ditulis target pengumpulan pajaknya adalah – saya kasih contoh saja – 1,5M. Anggaran yang diusulkan untuk mengumpulkan pajak itu 1,6M. Hahaha. Masak biaya pengumpulan pajaknya lebih besar daripada pajak yang mau dikumpulkan??!!

Believe it…..or not! Secara nasional kita sudah menghabiskan banyak sekali uang untuk menyelenggarakan sidang dewan yang akhirnya memutuskan anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN. Alhamdulillah, akhirnya kesampaian juga. Tapi nauzubillah, sudah keluar uang banyak untuk menggerakkan tangan ketua DPR seorang ketok palu, palu sudah diketok sampai meja ketua lecet, anggaran pendidikan belum nyampe juga 20%. Tapi hebatnya, di Sulsel, politikus sibuk kampanye pendidikan mau digratiskan. Kalau yang 20% saja nggak pernah kesampaian, macam mana pula mau tambah subsidi supaya pendidikan gratis??!! Ajarin dong….

Believe it…..or not! Sampai detik ini, minyak tanah susahnya minta ampun. Kemarin dalam mobil sama istri, kami lewat sebuah jalan yang ada pasar tradisionalnya. Di antara kerumunan para penjual pinggir jalan, ada seorang yang jualannya ubi kayu. Jumlah ubi kayu yang dijual…? Believe it…..or not, hanya sebanyak dua genggaman tangan! Dasar otak bisnis, istri saya mulai berhitung. Kalau dagangan sebanyak itu dijual 5 ribu (itupun kata istri saya pasti sudah dianggap mahal sama kebanyakan ibu rumah tangga), untungnya berapa? Mungkin 2.500 rupiah. Trus kalau setiap hari pemasukan sebesar itu saja, dikali dengan 30 hari jualan, maka total pemasukan penjual itu sebulan 75.000! Kata istri saya, hidupnya bagaimana? Believe it….or not, orang itu ternyata masih hidup tuh. Makanya, biar kelangsungan hidupnya bisa terus bertahan, minyak tanah yang sudah mahal bagi mereka, tolong jangan dibikin langka. Tolong deh….kodong……..

Believe it…or not! Dari sekian lama saya belajar di sekolah, bapak mamak saya sudah keluar uang banyak untuk ongkosin, paling tidak saya tau bahwa namanya aturan dibuat untuk dipatuhi. Tahu siapa pihak pertama yang paling harus mematuhi aturan? Pembuat aturan! Tapi di negeri kita yang anda cintai ini, pembuat aturan bisa di urutan terbawah dalam mematuhi aturan….Asyiiikkk…Mau contoh? Banyak! Satu contoh saja. Spanduk, baliho, atau alat promosi lainnya, bahkan yang dipasang di pagar sendiri, sesuai aturannya harus bayar retribusi. Orang dinas pendapatan (apalagi sekarang mereka punya kelompok spionase berjudul ‘polisi PP’) paling lebar telinga dan tajam penciumannya kalau masuk urusan beginian. Pokonya kalau lihat spanduk tidak ada tanda tangan atau stempel Dispenda-nya, tunggu-tunggu saja anda dapat panggilan atau spanduk anda diturunkan. Nah, tapi sekarang, di pinggir jalan di hampir seluruh pelosok di nusantara, spanduk, poster, baliho, para politisi yang pengen cepat populer, terpajang bebas tanpa retribusi tanpa sensor! Hahaha…ini siapa yang bego, yah? Atau mungkin saya dulu waktu sekolah bayarnya kurang mahal sampai ilmu begituan tidak bisa masuk akal saya? Au ah, super gelap!

--------

Sekarang bagaimana? Anda masih mau percaya? Sekali lagi saya bilang itu yang di atas fiksi, lho. Jangan salahkan saya kalau anda salah pilih mau percaya atau mau tidak percaya.

Tapi masih ada satu fiksi lagi yang saya tidak mau lupa sampaikan ke anda.

Believe it…or not! Banyak aktris Hollywood naksir sama saya, lho…..


Gambar diambil dari sini.

Tidak ada komentar: