11 September, 2007

Mau dong punya bukit.....


Pernah saya tulis tentang bilangan besar dan bilangan kecil. Waktu itu, untuk Allah SWT Yang Maha Besar, maka saya dedikasikan ke-besar-an itu hanya kepada Allah. Tapi saya lupa, Allah tidak menciptakan sesuatu itu sia-sia. Tidak ada dalam kamus-Nya seperti itu. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu yang kecil sekalipun. Makanya salah satu sifat-Nya adalah Maha Halus. Maksudnya, Allah tahu apapun itu dalam tingkatan yang paling halus sekalipun.

Tulisan ini tentang bilangan kecil.

Dulu saya malas menabung. Rasanya saya terlalu memandang enteng kalau harus menabung duit dan jumlahnya keci-kecil saja. Setiap mau menabung dan jumlahnya tergolong ‘kecil’, dalam hati terasa ada perasaan melecehkan, “Ini menabung kecil-kecil begini untuk apa? Kapan besarnya? Mana bisa beli rumah dengan jumlah kecil-kecil begini?”

Jadi tekad saya adalah menunggu hasil kerjaan ‘besar’, kemudian menabung sekaligus. Hasilnya? Hahaha, nggak pernah bisa nabung karena jarang dapat ‘kerjaan besar’!

Alhamdulillah ajaran Islam itu lengkap dan menyadarkan, bagi orang yang mau sadar……..(kalau memang dari sononya tidak mau sadar, sampe mati pun nggak bakal sadar saudara-saudara!)

Rasanya saya tersindir oleh ceramah seorang ustadz. Kata pak ustadz, “Bapak-bapak, Allah dalam menilai ketaatan dan pengabdian seorang hamba tidak bergantung kepada kuantitasnya. Tapi yang terpenting adalah konsistensi dan keikhlasannya dalam beribadah.”

“Ambil contoh shalat tahajjud. Allah jauh lebih menyukai orang yang hanya mampu bangun dan mengerjakan shalat tahajjud 2 rakaat setiap malam dan berkelanjutan (konsisten dijaga), daripada orang yang dalam setahun hanya shalat tahajjud di suatu malam dan jumlah rakaatnya 100!” begitu lanjut pak ustadz.

Terus pak ustadz memberi kesimpulan, “Artinya, amalan apapun itu, baik shalat sunnat, puasa sunnat, sedekah, dan lain-lain, jangan dinilai besarnya, tapi konsistensi kita dalam menjalankannya meskipun itu kecil.”

Entah mengapa uraian di atas justru membuat saya mengevaluasi kebiasaan menabung saya. Mungkin sudah begitu kehendak Allah dalam memberi petunjuk. Saya jadi berpikir, soal menabung sepetinya sama saja. Yang terpenting bukan berapa besar yang kita tabung, tapi konsistensi kita menabung secara regular.

Ini bukan sekedar 'yang penting menabung......'. Ini juga erat hubungan dalam membentuk mental atau kebiasaan suka menabung. Nanti ujung-ujungnya bisa berentetan kebaikan yang kita dapat.

Kalau metal suka menabung sudah didapat, otomatis muncul juga mental ‘hemat’. Mana ada orang suka menabung yang tidak hemat? Justru karena hemat lah ia bisa menabung.

Trus apa? Masih ada. Orang yang suka menabung adalah orang yang suka menghargai apapun. Alias tidak boros. Anda pernah ‘rasa’ kan kalau membeli sesuatu dari hasil keringat sendiri yang ditabung? Anda pasti akan menghargai benda yang anda beli.

Tidak berhenti sampai di situ, orang yang suka menabung Insya Allah bersikap mandiri. Mungkin terpengaruh dari kegigihannya dalam menabung dan mengumpulkan uang untuk target-target tertentu.

-----------

Sejak dengar ulasan ustadz itu manajemen keuangan pribadi saya ubah. Berapapun itu saya mesti mencoba konsisten untuk menabung. Bahkan kalau itu hanya ‘uang receh’ sekalipun.

Tapi saya sekarang penasaran. Kalau filosofi ini diterapkan dalam pembangunan, mestinya negara kita tidak perlu pakai jurus ‘anggaran berimbang’ atau bahkan ‘anggaran minus’. Anggaran berimbang kan berarti pemasukannya sama dengan pengeluarannya. Kalau anggaran minus berarti pengelurannya lebih besar daripada pemasukannya. Kekurangan pemasukan ditutupi dari utang, seperti negara kita sekarang.

Kalau saja filosofi ini diterapkan oleh pemerintah, saya yakin bin percaya angka kemiskinan berkurang. Bukan sekedar ditekan (termasuk ditekan di atas kertas supaya pemerintah yang berkuasa tidak terlihat bodoh dan malu-maluin). Program pengentasan kemiskinan dibiayai dari tabungan. Dengan begini harga diri bangsa juga bisa terangkat. Jangan seperti sekarang yang justru sebaliknya. Pemerintah seperti bingung mau membangun pakai uang dari mana. Akhirnya, apa-apa dari bangsa ini lantas digadaikan. Termasuk juga harga diri……

------------

Sekarang, kalau sudah tahu bahwa menabung itu adalah masalah konsistensi, yuk kita konsisten untuk menabung. Biar jumlahnya kecil-kecil tidak mengapa. seperti kata pepatah, 'lama-lama juga jadi bukit." Mau dong punya bukit.........

Tidak ada komentar: